Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al Isra' : 70)
Pembahasan kali ini seputar seberapa mengertikah orang tua akan bakat dan minat pada anak mereka. Karena rasanya miris sekali di era revolusi industri 4.0 ini masih banyak sekali orang tua yang tidak mengerti tentang bakat dan minat pada anaknya. Padahal bakat dan minat yang dimiliki anak itu semacam harta karun terpendam yang perlu untuk digali lebih dalam agar menampakkan sesuatu yang berkilau bagi bangsa ini salah satunya.Mari kita kenalan dulu dengan bakat dan minat.
Utami Munandar mengemukakan pendapatnya tentang bakat atau aptitude yang diartikan sebagai sebuah kemampuan bawaan dari seseorang yang mana sebagai potensi yang masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut dan dilatih agar dapat mencapai impian yang ingin diwujudkan.
Sedangkan Bimo Walgito menyatakan minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih jauh lagi apa yang mereka dapat dan mereka pelajari.
Dari kedua pengertian di atas, hal yang dapat saya pahami adalah ketika anak memiliki suatu minat dan bakat, sebagai orang tua yang smart dan bijak, tentunya kita harus tau bakat dan minat yang dimiliki anak tersebut. Kemudian mendukung juga memfasilitasi kebutuhan anak untuk mengembangkan bakat pada diri anak. Bukan malah memarahi anak bahkan sampai memutus bakat dan minat anak.
Sedikit cerita tentang pengalaman yang saya rasakan di keluarga kecil saya, tepatnya adalah kakak dan ayah saya. Kakak saya merupakan anak sulung, sama seperti kebanyakan anak sulung lainnya yang cenderung keras kepala dan keinginannya tidak bisa diganggu gugat. Bakat kakak saya ini mulai terlihat ketika SMP. Waktu itu bahkan sampai sekarang dia sangat minat dengan matematika.
Kala itu dia sering mengikuti lomba-lomba atau olimpiade matematika dan mendapatkan banyak penghargaan tentunya, sampai bisa membawanya masuk SMA favorit tanpa tes. Ketika di masa SMA pun masih sama bahkan lebih banyak lagi mEngikuti olimpiade matematika. Ketika dia lulus SMA, dia mendapatkan tawaran untuk kuliah jurusan kedokteran dengan hanya biaya yang sangat murah. Karena kita semua tau bahwa masuk kedokteran itu biayanya mahal.
Kakak saya cerita ke ayah tentang pemberitahuan tersebut. Namun ayah saya menyuruhnya untuk memilih apa yang dia minati dan tidak memaksakan, meskipun ayah juga menginginkan kakak saya bisa menjadi dokter di kemudian hari. Namu, ayah saya memilih untuk membebaskan kakak untuk memilih minatnya dimana.
Akhirnya kakak saya memilih untuk mengikuti tes masuk salah satu perguruan tinggi negeri favorit jurusan matematika, dan akhirnya ketrima. Dari situ kakak saya terus mengikuti olimpade matematika hingga mendapat banyak beasiswa. Sampai akhirnya waktu itu dia mendapat juara matematika tingkat nasional. Dan saat dia ulus, banyak sekali perusahaan yang sudah mengantri untuk merekrutnya dengan bakat yang dia miliki.
Sebenarnya mimiliki anak yang berbakat itu gampang-gampang susah dalam mendidiknya. Kita hanya perlu untuk membimbing dan mendukung anak tersebut dengan segala minat dan bakatnya. Namun, sebagai orang tua, kita harus menurunkan ego kita untuk bisa membuat anak nyaman dengan bidangnya. Tidak menuntut anak tersebut untuk menjadi apa yang orang tua mau.