Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Alvin Nur Rohman

Seribu Cahaya Kasih

Sumber Motivasiku

Diperbarui: 23 April 2021   06:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Pernah nggak sih, kalian ngerasa udah ah males, udah ah besok lagi, udah ah kan masih lama deadline nya, main dulu aja lah. Siapa sih yang ngga pernah ngerasain kayak gitu? Pastinya kita semua pernah ngerasa kayak gitu, ngerasa semua apa yang dilakuin selalu salah kayak selalu ngga sesuai ekspektasi atau apalah. Ngaku deh, hemm.. Kadang malah kita tuh ngerasa kalo ini tuh titik tertinggi kita buat nyalahin diri sendiri, nyalahin orang lain, bahkan nyalahin takdir Tuhan. Pernah nggak kalian mikirin kenapa perasaan kayak gitu bisa muncul? Yaps, betul, rasa ini muncul karena kurangnya motivasi dalam diri kita akan semangat untuk melakukan sesuatu,  seperti dalam mengerjakan tugas ataupun pekerjaan. Hal inilah yang dapat berdampak buruk bagi diri kita sendiri.

Sebagai contoh aja nih, jika kita mendapatkan tugas, kita cenderung menunda-nunda tugas tersebut dengan berdalih deadline nya masih lama lah, capek lah, bosen, pengen main, toh ini juga bisa dikerjain belakangan, bahkan kita di saat itu lebih asyik dengan santai-santai, banyak rebahan, mainan hp yang hanya scroll beranda ig, nongkrong sana-sini cuma-cuma, atau apalah yang nggak ada faedahnya.

Sempat terlintas dipikiran nggak, kalo kita tidak segera mengerjakan tugas-tugas itu maka akan semakin menumpuk tugas kita di lain hari seiring dengan berjalannya waktu karena tugas-tugas yang lain juga mulai berdatangan dan sekaligus mengisi penuh list tugas kita. Dan pada akhirnya kita keteran buat mengerjakan tugas-tugas tersebut syukur-syukur kalo tepat sama deadline nya kalo lebih auto nilai minus dong. Pernah sedikit memikirkan akan hal ini? Nyesel nggak? Kalo aku sih bakalan nyesel banget, pol pake bgt. Kalian tau, kenapa?

Alasanku cuma satu, kebahagiaan mereka berdua. Aku nggak mau bikin mereka berdua sedih, sengsara, nyesel, atau apalah. Masa iya, aku yang selalu diutamain dalam doanya, aku yang selalu diusahain untuk tetap bisa hidup bahagia termasuk bisa terus ngerasain gimana rasanya bersekolah hingga menjadi mahasiswa, dan aku yang diharapkannya sukses di kemudian hari malah males-malesan kayak gini? Kan nggak fer bro. Eh, tapi kalian pasti tau kan, siapa yang aku maksud mereka berdua di sini? Yeah, of course, mereka berdua adalah ayah dan ibu, orang tua kita.

Apa sih yang ada dibenak kalian tentang orang tua? Pasti sebagian dari kalian banyak berpikir kalau mereka adalah ayah dan ibu kita, yaitu orang yang merawat kita dari kecil hingga sebesar ini, sebagian lagi berpikir bahwa orang tua adalah tempat di mana kita pertama kali mengerti tentang kehidupan yang begitu kompleks. Udah gitu aja? Tentu tidak kawan-kawan. Halaman ini tentu tidak akan pernah cukup untuk mendefinisikan dua sosok mulia ciptaan Allah yang dianugerahkan kepada kita sejak kita masih berada dalam kandungan Sang Ibu. Bahkan, ridho Allah terletak pada ridho ibu, betapa istimewanya mereka berdua? Masyaallah.. Lantas, kalian pernah berpikir ngga, apa saja yang dilakukan orang tua untuk kita? Pasti banyak banget kan? So pasti lah.

Coba deh bayangin, pernah ngga, kalian denger orang tua kita ngeluh, ngeluh karena capek, entah itu capek karena masalah pekerjaan, banting tulang kesana kesini buat kita, ataupun capek karena memikirkan kita yang selalu membutuhkan inilah itulah untuk kepentingan sekolah kita, pernah kalian denger keluhan-keluhan mereka? Apakah kalian malah ngga tau sebesar apa pengorbanan orang tua kepada kita agar kita dapat bersekolah dan mendapatkan kehidupan yang layak? Hei kawan-kawan, buka mata hati kita. Orang tua kita berusaha mati-matian buat kita tanpa mengenal kata lelah, nggak pernah ngeluh sedikitpun di depan kita dan seakan-akan semuanya baik-baik aja, nggak pernah berharap pengorbanannya untuk anak-anaknya akan dibayar di kemudian hari, nggak pernah.

Apa kalian juga ngerasain hal yang sama denganku? Pernah suatu ketika aku berada pada titik di mana aku ngerasain semua yang aku kerjain tuh nggak ada yang sesuai dengan ekspektasi, titik di mana aku mulai berpikir, dah lah capek, dah ah bosen, sudah lah buat apa dilanjutin, mending main sama temen-temen. Nah, itu semua pernah terlintas di pikiranku, di mana aku yang hilang semangat, nggak punya arah, bahkan mulai mendapat hasutan dari lingkungan sekitar.

Entah kenapa tiba-tiba terlintas mereka berdua di benakku. Yaps, orang tua. Dari simi aku mulai berpikir bahwa orang tuaku udah kerja keras, banting tulang demi kebahagiaanku, tapi yang aku berikan kepada mereka hanya rasa malas yang menghantuiku di saat aku ngga semangat belajar. Terus apa yang nantinya akan kita berikan kepada orang tua kita? Meskipun kita tahu sebesar apapun uang yang kita berikan kepada orang tua kita ngga akan sanggup melunasi apa yang telah orang tua kita berikan kepada kita. Mulai kita dari lahir ke dunia hingga sebesar ini banyak yang orang tua kita berikan kepada kita dan semua itu tidak dapat kita gantikan dengan uang. Mulai dari bayi, ibu menyusui kita sampai kita berumur 2 tahun.

Setelah itu, merupakan masa-masa tersulitnya orang tua dimana selain mereka bekerja, mereka juga merawat kita dimana saat itu kita masih kecil dan harus terus mendapat pantauan dari orang tua. Selanjutnya, saat kita remaja, saat kita bandel-bandelnya, orang tua kita memberikan perhatian lebih dengan sering menasehati kita agar jadi lebih baik lagi. Namun, tidak hanya saat itu, sampai sekarangpun orang tua masih menasihati kita untuk semangat belajar, jangan lupa rajin ibadah, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut yang seharusnya menjadi motivasi kita untuk tetap semangat. Disaat kita sedang malas sedang ngga mood, ingatlah betapa besarnya pengorbanan orang tuamu untuk menyekolahkanmu untuk menghidupimu. Seharusnya, kita sebagai anak mampu timbal balik kepada orang tua yang mana telah berjasa kepada kita.

Orang tua tidak butuh uang kita, yang mereka butuh kita bisa sukses dengan meraih cita-cita kita. Mari kita tanamkan motivasi tersebut dalam diri kita, aku percaya dengan motivasi tersebut kita mampu menjadi lebih baik lagi kedepannya. Dengan halaman ini, bukan sekedar mengingat kepada kalian semua juga diri saya pribadi agar tetap semangat untuk meraih cita-cita dan membuat bangga dan bahagia kedua orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline