Jumat(07/05/2021) Kemajuan teknologi dewasa ini kian mengundang berbagai perubahan pada sektor industri kehidupan, sebut saja media penyiaran yang turut terpengaruh akan hal ini. Industri penyiaran terus beradaptasi dan berkembang guna menyetarakan diri dengan perubahan yang terjadi. Inovasi menuju arah yang lebih baik, praktis dan digital menuntut adanya pergeseran total yang semula berada pada ranah analog. dan Media massamenjadi salah satu sarana penyampaian pesan atau informasi melalui alat-alat komunikasi mekanis seperti televisi, radio, surat kabar, dan sebagainya. Namun bagaimana kabar media massa di era industri 4.0?
Sekarang ini, sebagian besar masyarakat menggunakan media sosial, media sosial menjadi sarana penyampaian informasi paling cepat. Ternyata media sosial menjadi sebuah gempuran atau serangan bagi media massa saat ini. Hal ini dibuktikan melalui sebuah presentase dimana 40% anak muda saat ini tidak lagi menonton siaran televisi melalui televisi secara fisik tetapi melalui gadget (streaming). Jika diamati lebih dalam, pesebaran informasi sudah berpindah dari media konvensional ke media sosial. Generasi muda kini lahir dan tumbuh di era internet, pola pikir mereka dapat dikatakan sudah sangat digital, oleh karena itulah mereka hampir tidak pernah menggunakan media konvensional untuk mengakses informasi.
Berdasarkan fenomena diatas ada 4 strategi yang harus dilakukan oleh media massa 1) Merger, merger dalam hal ekspansi, akuisisi, serta kolaborasi dengan beberapa stasiun televisi atau radio untuk menguasai pasar dan iklan. Dengan adanya penggabungan dua stasiun televisi atau radio bisa membuat efisiensi sebuah media dengan menggunakan SDM secara bersama-sama serta berbagi footage. 2) Konvergensi, menggabungkan media-media yang ada menjadi kearah satu titik tujuan, seperti contohnya seorang jurnalis bisa membuat berita yang sama untuk berbagai platform berita mana saja (audio, TV, maupun cetak). 3) Diversifikasi ke Media Sosial, media massa harus melakukan versifikasi konten mereka ke media sosial dan internet untuk menjangkau pengguna internet sebanyak 202,6 juta (73,7%), serta pengguna media sosial sebanyak 170juta (61,8%) serta untuk dapat memonetasi konten mereka. 4) Layanan On Demand, media massa juga harus bersaing dalam layanan streaming yang menyediakan film atau serial televisi seperti yang sudah dilakukan RCTI+, Noice, Spotify, dll. 4 Strategi ini dapat digunakan media massa untuk bertahan ditengah kemajuan teknologi digital 4.0 ini secara konsisten dan kreatif dalam menyuguhkan konten-konten yang menarik.
Seiring berkembangnya media sosial ini, media massa pun digadang tercancam akan mengalami masa keruntuhan. Hal ini kita dapat lihat dari tidak sedikitnya media cetak seperti koram, tabloid, majalah yang memilih jalan untuk gulung tikar karena memang sudah tidak bisa bertahan lagi di kondisi saat ini, karena jumlah koran yang akan diedarkan terus mengalami penurunan dan harga produksi pun semakin meningkat. Akan tetapi tidak semua nya memilih jalan untuk gulung tikar, sebagian ada yang memilih bertahan dengan oplah yang mereka kurangi dan menyiasati terbitannya dengan berbagai cara. Sama halnya dengan media elektronik baik radio atau televisi yang perlahan mengalami nasib yang sama. meski belum gulung tikar mereka mulai melakukan efisiensi di berbagai bidang.
Sudah tak layak lagi jika kemajuan teknologi dan internet sudah menjadi bagian dari masyarakat. Dampak media sosial yaitu, Informasi beredar lebih cepat di media sosial. Perusahaan media tidak lagi menjadi penguasa dalam penyebaran informasi, Bahkan media mainstream sekarangpun menjadi media konfirmasi terhadap informasi yang diproduksi oleh masyarakat melalui media sosial, Media sosial menjadi ancaman bagi media massa, termasuk televisi. Hal ini yang mendasari munculnya gugatan judicial review UU Penyiaran dari RCTI dan Inews ke MK.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H