Lihat ke Halaman Asli

Tulisan Tanpa Tendensi

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini saya tulis pada tanggal 24 mei 2010, tulisan yang lahir dari sebuah kegelisahan realita pada saat itu dan saya mengira hingga saat ini hal-hal yang saya keluhkan sudah hilang tapi saya salah, bahwa masih ada manusia yang seperti saya jelaskan dalam tulisan saya tiga tahun lalu itu. Terlalu sesak dengan kebohongan, kecurigaan, kesombongan, dan seluruh sifat setan yang berderap serentak detik berjalan. Jangan kau bilang ini hanya sebuah saduran atau lelucon tapi ini adalah sebuah fakta yang tergambar di dekatmu wahai kawan. Tidak ada yang bisa saya, anda atau kalian semua percayai di dunia ini kecuali diri anda sendiri, kecam itu wahai makhluk yang katanya sempurna. Kalau tahu, anda dan seluruh lingkungan anda adalah sebuah maket kehampaan dari sebuah keteraturan yang sesungguhnya sampah. Lebih baik menjadi orang tanpa orientasi daripada berdiri dan mengobrol bersama kumpulan manusia dengan topeng yang sungguh jelek dan membuat muntah. Jangan kira saya menulis ini dengan otak setengah sadar, justru saya menulis artikel ini dengan sebuah kesadaran yang tinggi. Benar, kalau anda menilai saya gila, aneh, atau apapun itu. Saya tidak peduli, karena sebelum saya menulis ini saya sudah mendengar bahwa kalian menilai saya gila. Benar, saya adalah individu subjektif, semena-mena, mau menang sendiri, dominan, dan sifat-sifat anti sosial lainnya. Lalu kenapa dengan saya yang seperti itu?? Ada yang salah? Anda mau menghentikangkan saya untuk berlari? Menjegal saya? Atau menolak saya untuk masuk? tunggu dulu wahai bangsat, saya tidak menyerah begitu saja. Semakin anda berbau busuk di depan saya dengan kemunafikan saudara, maka saya semakin gigih memperjuangkan hidup saya ini. Tertawa yang lebar saja saudara ketika menilai, karena dalam tertawaan anda tidak sadar anda menertawakan diri anda sendiri.
Masih setia saya, berteriak bahwa dunia ini berisi kemunafikan dan sangat memalukkan. Jangan kira saya berhenti ketika anda menulis komentar atau bergumum dengan rasa skeptis anda kepada saya, saya sedang berdiam diri sambil tidur-tiduran, salah besar kawan. Simpan dan buang jauh-jauh pikiran itu wahai kawan,hahahaha puas saya menertawakan diri saya dan dunia ini, entah saya sudah gila atau apa tapi ketika saya menulis tiap kata adalah terlahir dari sebuah kewarasan. Saya gelisah, melihat langit itu semakin gelap dan sepertinya akan hujan. Langit menangis karena melihat saya menulis atau mawakan diri anda sendiri? Hanya Tuhan yang tahu itu. Semakin mencekik seluruh kemunafikan ini, semakin ingin saya tenggelam bersama seluruh karya sampah anda wahai saudara-saudara terkasih semesta alam. Terbawa angin jauh, bersama sebuah kejujuran hidup itulah potret langit sore ini. Ooh Tuhan, biarkan saya tenggelam jauh dalam lautan kemunafikan di sekeliling saya ini dan hancur berkeping-keping seperti debu, lalu bangkitkan saya untuk melihat mereka hancur. Kesimpulan dari tulisan ini adalah anda dekati kaca di kamar anda dan berpikirlah seberapa munafik anda di depan dia, mereka ataupun terhadap diri anda sendiri. Jangan mau jadi kacung dari sebuah ego, gengsi ataupun ketidakmampuan. Jujur, jujur, dan jujurlah. Saya pun berusaha untuk jujur kepada seluruh isi alam ini bahwa, saya adalah seorang 'munafik' karena saya tahu saya belum bisa menjadi manusia yang amanah,paling tidak saya sudah jujur pada diri saya sendiri dan langkah selanjutnya adalah berbenah ke arah yang mereka sebut terang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline