Lihat ke Halaman Asli

Alvinia Putri Khansa

Murid SMAN 28 Jakarta

Resensi "Match Point" Karya Saufina

Diperbarui: 10 Maret 2021   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Judul Buku : Match Point
Penulis : Saufina
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Penerbit: Jakarta
Tahun Terbit : 2018
Jumlah Halaman : 240 halaman

Sajidah Ummu Afinah yang sudah menggemari menulis dan bulutangkis sejak dulu memulai karir menulisnya pada buku yang berjudul "Match Point" ini. Karirnya dimulai dari ketertarikannya pada ajang Gramedia Writing Project yang diadakan oleh Gramedia Pustaka Utama yang tanpa disangka membuatnya berhasil meluncurkan buku dengan tema bulutangkis.

Setelah gagal mewawancarai Susi Susanti, Sheva jurnalis muda di Tabloid Arena ditugaskan untuk meliput aktivitas Ragil Satihardi, atlet bulutangkis muda yang prestasinya belakangan ini menurun. Ragil digadang-gadang akan menjadi penerus Taufik Hidayat, apalagi setelah diberikan raket andalan yang pernah digunakan Taufik ketika menjuarai Olimpiade. Wawancara tersebut seharusnya berjalan lancar jika atlet yang Sheva hadapi bukan atlet angkuh dan aneh seperti Ragil.
 
Tanpa Sheva ketahui, Ragil sudah mengenal Sheva lebih dahulu dari pertemuan tidak sengaja di sebuah kafe bernama Ollivander. Sheva yang saat itu menarik perhatiannya karena pembawaannya yang tenang walaupun lawan bicaranya terlihat gusar dan tidak sabar. Dan tanpa Ragil sadari, ia mulai penasaran dengan Sheva.
 
Wawancara dilakukan selama beberapa kali karena Ragil yang masih enggan untuk menceritakan masaalah yang sedang ia hadapi. Hingga pada suatu hari, atas saran dari Irfan, teman sekamar Ragil, Ragil pun membuka diri dan bercerita kepada Sheva tentang alasan mengapa prestasinya menurun belakangan ini.
 
Menjadi atlet bulutangkis sudah menjadi mimpinya sejak kecil. Namun, sang Papa tidak menyetujui keputusannya itu. Tetapi dengan tekad yang bulat dan dukungan dari Mama dan guru-guru di sekolah, Ragil dapat masuk Pelatnas. Hubungannya dengan sang Papa yang tidak berjalan baik, ditambah dengan kematian Mama sebelum ia memenangkan World Junior Championship membuat semangatnya semakin menurun.
 
Sheva yang mengerti dengan keadaan Ragil pun mengajukan untuk tidak mempublikasikan kisah hidupnya ke publik. Kekesalannya pada Ragil pun memudar dan ia tidak menyangka bahwa Ragil harus mengalami masalah ini sendiri. Tanpa disadari, mereka menjadi semakin dekat dan Ragil pun memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Sheva. Hubungan keduanya pun dimulai. Namun, publik semakin membenci Ragil yang kalah di Korea Masters Super 300 tahun ini. Sheva yang berusaha untuk mengembalikan nama baik Ragil dengan mengeluarkan beberapa artikel lain nyatanya tidak mampu mengurangi kekecewaan publik terhadap prestasi Ragil. Justru ia dianggap terlalu membela Ragil karena adanya hubungan diantara mereka berdua.
 
Beberapa kali Ragil berpikir untuk mengundurkan diri dari Pelatnas. Ia menyadari perkataan sang pelatih bahwa dirinya terlihat tidak memiliki semangat juang ada benarnya. Waktu terus berjalan hingga tidak terasa Asian Games semakin dekat. Ko Hendrik, sang pelatih masih menimbang nama-nama yang akan maju di ajang yang cukup bergengsi itu. Dengan keputusan bulat, Ragil memutuskan untuk tetap bertahan untuk membuktikan bahwa ia dapat menghasilkan medali untuk negaranya.
 
Dirinya yang semakin giat berlatih membuktikan bahwa ia mampu dan Ragil pun terpilih untuk masuk ke dalam skuat inti Asian Games. Lawan mainnya yang pertama adalah Shi Yuqi, pemain asal Tiongkok. Dari segi peringkat, tentu Shi Yuqi memiliki karir yang terus meroket. Ia telah menduduki sepuluh besar dunia. Ragil juga tidak mau kalah. Inilah saatnya untuk menumpaskan keraguan publik atas kiprahnya sekaligus pembuktian pada dirinya mengenai impiannya.
 
Shi Yuqi menggunakan berbagai gaya permainan. Tetapi, Ragil yang tidak terpancing membuatnya kehabisan ide. Ragil yang melihat adanya kesempatan mulai menyerang titik lemah Shi Yuqi. Skor Ragil dengan perlahan naik dan kesabarannya berbuah hasil. Kalimat "match point" diucapkan umpire untuk dirinya. Ragil berhasil mengakhiri permainan dengan baik.
 
Perjuangan Ragil tidak berhenti sampai disitu. Setelah menumpaskan Srikanth Kidambi, pemain asal India, ia bertemu dengan Kento Momota, pemain asal negeri sakura. Pertandingan berjalan sengit dan pada akhirnya Ragil gagal membawa emas untuk Indonesia. Sheva terus menyemangati Ragil berkata bahwa ini baru permulaan. Dua tahun kemudian, setelah mengalami jatuh bangun keduanya memiliki karir yang sukses. Ragil dengan medali emasnya pada berbagai Olimpiade dan Sheva dengan peluncuran buku pertamanya tentang perjuangan Ragil.

Penulis menggambarkan karakter dengan sangat baik, sederhana namun membekas bagi pembaca. Gaya penulisan yang sederhana dan dapat dimengerti membuat pembaca dengan mudah mengikuti alur cerita. Penulis yang diketahui sebagai pecinta bulutangkis menjelaskan kehidupan atlet bulutangkis dengan baik dan juga penggambaran suasana saat pertandingan terkesan nyata.

Pada buku ini masih ditemukan adalah kesalahan penulisan kata. Penyelesaian beberapa masalah yang terkesan dipercepat dan terlalu singkat. Dan masih ditemukan beberapa kejanggalan dalam pergantian waktu.

Terlepas dari beberapa kelemahan, buku ini memiliki keunikan tersendiri yang membuat para pembaca tertarik. Salah satu penyebabnya adalah karena buku ini diangkat dengan tema olahraga khususnya bulutangkis. Buku yang berfokus pada perjuangan Ragil dalam meraih impiannya sebagai atlet ini merupakan salah satu buku terbaik untuk mengatasi rindu pada euforia Asian Games.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline