Lihat ke Halaman Asli

Alvin Demas

Mahasiswa

Menghidupkan Kelas Melalui Wacana Lisan Antara Murid dan Guru

Diperbarui: 28 Mei 2024   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam dunia pendidikan, interaksi antara murid dan guru merupakan komponen yang krusial dalam proses pembelajaran. Salah satu bentuk interaksi yang sangat esensial adalah wacana lisan. Dalam konteks ini, wacana lisan mengacu pada percakapan dan diskusi yang terjadi antara murid dan guru selama pembelajaran di kelas. Hal ini tidak hanya membantu dalam menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga berperan penting dalam membentuk kemampuan berpikir kritis dan keterampilan komunikasi murid.

Pertama-tama, wacana lisan memungkinkan guru untuk memahami sejauh mana murid telah menguasai materi. Melalui diskusi dan tanya jawab, guru dapat menilai pemahaman murid secara langsung dan mendeteksi bagian mana dari materi yang perlu diperjelas. Selain itu, wacana lisan juga memberi kesempatan bagi murid untuk menyampaikan pendapat mereka, bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, dan mengembangkan ide-ide baru.

Keterlibatan aktif dalam wacana lisan di kelas membantu murid mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dengan berpartisipasi dalam diskusi, murid diajak untuk menganalisis informasi, mengajukan pertanyaan yang relevan, dan memberikan argumen yang logis. Proses ini sangat penting dalam membentuk pola pikir analitis yang akan bermanfaat bagi mereka di masa depan.

Keterampilan komunikasi murid juga diasah melalui wacana lisan. Kemampuan untuk mengungkapkan ide dengan jelas dan meyakinkan adalah keterampilan yang sangat berharga. Melalui latihan berbicara di depan kelas, murid belajar bagaimana menyusun argumen, menggunakan bahasa yang tepat, dan berbicara dengan percaya diri.

Meskipun manfaat wacana lisan sangat jelas, implementasinya di dalam kelas sering kali menemui beberapa tantangan. Salah satunya adalah perbedaan karakteristik murid. Tidak semua murid merasa nyaman berbicara di depan umum, terutama di hadapan teman-teman sekelas dan guru. Beberapa murid mungkin merasa malu atau takut salah, yang akhirnya membuat mereka enggan berpartisipasi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, guru dapat mengambil beberapa langkah strategis. Pertama, menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi murid untuk berbicara. Guru dapat memberikan apresiasi atas partisipasi murid, tanpa memandang benar atau salahnya jawaban mereka. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri murid untuk berani berpendapat.

Wacana lisan antara murid dan guru di kelas adalah elemen penting dalam proses pembelajaran yang efektif. Dengan menghadirkan diskusi yang interaktif dan partisipatif, kelas tidak hanya menjadi tempat untuk menyerap informasi, tetapi juga menjadi arena untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan keterampilan komunikasi murid. Tantangan dalam implementasinya dapat diatasi dengan strategi yang tepat, sehingga setiap murid dapat merasakan manfaat maksimal dari pembelajaran yang dinamis dan interaktif. Dengan demikian, wacana lisan menjadi kunci untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline