Lihat ke Halaman Asli

Alvina Amallia Putri

mahasiswa UNDIP

Penting dan Genting, KKN UNDIP Tingkatkan Minat Baca Anak-Anak Desa Tarubatang

Diperbarui: 12 Agustus 2022   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak Desa Tarubatang membaca buku di Perpustakaan Desa Tarubatang, Senin (08/08). (Dok. Pribadi)

Boyolali (08/08) -- Seringkali di dunia maya berseliweran infografis data yang dihimpun oleh Central Connecticut State University pada Maret tahun 2016  yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara peringkat ke-60 dari 61 negara yang memiliki minat baca tertinggi di dunia. Namun, taukah Anda alasan dibalik mirisnya data infografis ini?

Muhammad Syarif Bando selaku Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam diskusi dan peluncuran buku 'Menulis, Seni Menuangkan Ide' pada 24 Mei 2021 menyatakan bahwa rendahnya minat literasi masyarakat Indonesia berakar dari sistem yang kurang mendukung, yang pada akhirnya melahirkan kesenjangan akses terhadap buku bacaan.

Selaras dengan pernyataan Muhammad Syarif Bando, data yang dihimpun oleh PNRI dalam Kajian Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat pada tahun 2020 pun menunjukan bahwa dalam peredarannya, hanya terdapat total jumlah bacaan sebanyak 22.318.083 eksemplar saja. tentunya jumlah ini sangat kurang bila dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa, yang mana berarti bahwa satu buku bacaan bisa jadi ditunggu oleh sembilanpuluh orang lainnya untuk dibaca.

Selain itu, buku-buku yang beredar pun belum mencapai kemerataan yang patut di berbagai daerah di Indonesia. Bila dibandingkan dengan total penduduknya, rasio peredaran buku bacaan di Sulawesi dan Nusa Tenggara-lah yang mendapatkan rasio terbesar, yakni 0,63, yang mana berarti bahwa satu buku ditunggu oleh enam orang lainnya untuk dibaca. Sedangkan di Sumatera, rasio antara jumlah buku dan jumlah penduduk hanya sebesar 0,10 yang berarti bahwa satu buku bacaan ditunggu oleh satu orang lainnya untuk dibaca.

Di Jawa dan Bali sendiri, rasio jumlah penduduk dan jumlah buku yang beredar memiliki rasio mencapai 0,58 yang mana berarti bahwa peredaran buku cukup jauh jumlahnya dibandingkan dengan jumlah penduduk. Selaras dengan hal itu, Lurah Desa Tarubatang, Sabarno ketika diwawancarai pada 5 Juli 2022 lalu mengamini bahwa minat literasi masyarakat, terutama usia anak-anak di Desa Tarubatang rendah. Hal ini dikarenakan dominasi penggunaan internet serta sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Perpustakaan Desa Tarubatang sendiri menjadi salah satu bukti kurang memadainya sarana dan prasarana yang menunjang peningkatan minat baca masyarakat setempat. Sudah tidak terurus selama beberapa bulan, koleksi-koleksi yang tak seberapa itu pun sudah berdebu dan ketinggalan zaman. Dengan kondisi demikian, tentunya sulit untuk meningkatkan minat baca masyarakat setempat, terutama usia anak-anak. Karena itulah, Tim-II KKN UNDIP berupaya menghidupkan kembali perpustakaan tersebut dengan mengembangkannya menjadi ramah anak. Upaya pengembangan ini dilaksanakan selama seminggu yang dimulai pada 1 Agustus 2022 lalu.

Upaya ini dimulai dengan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang memang menyayangkan ketidakefektifan dari perpustakaan ini. Setelah mendapatkan persetujuan dari berbagai pihak terkait, Perpustakaan Desa Tarubatang kemudian dibersihkan dan dirapikan. Untuk mengumpulkan buku-buku yang ramah anak, Tim-II KKN menggalang donasi buku bacaan untuk anak-anak yang kemudian dilanjutkan dengan merekapitulasi buku-buku tersebut sebagai bagian dari arsip aset tetap perpustakaan. Setelah itu, penampilan perpustakaan dikembangkan supaya menarik bagi anak-anak setempat.

KKN UNDIP bersama salah satu rak buku Perpustakaan Desa Tarubatang yang telah dikembangakan, Senin (08/08). (Dok. Pribadi)

Perpustakaan Desa Tarubatang pun resmi dibuka kembali pada 8 Agustus 2022 dengan mengundang anak-anak setempat supaya mengetahui bahwasanya perpustakaan desa telah dapat diakses secara bebas. Pengoperasian kembali perpustakaan desa ini disambut hangat oleh besarnya antusiasme anak-anak Desa Tarubatang. "Sebenarnya kurang suka baca buku, tapi kalau ada banyak buku bacaan seperti ini, ya senang juga," ujar Dini (08/08), salah seorang anak yang ikut meramaikan pembukaan Perpustakaan Desa Tarubatang. (Alvina Amallia Putri Damayanti). 

#KKNUNDIP #TIM2KKNUNDIP #P2KKNUNDIP

Penulis: Alvina Amallia Putri Damayanti. 

DPL: Dr. Khairul Anam S.Si., M.Si.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline