Pembicaraan mengenai hadis terkait komunikasi merupakan bagian integral dari kodrat manusia. Melalui komunikasi, manusia dapat mengungkapkan dirinya, menjalin interaksi sosial, dan membentuk kepribadiannya. Jelas terdapat perbedaan mencolok antara individu yang terbiasa berkomunikasi dengan mereka yang tertutup dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Orang yang aktif dalam komunikasi dan interaksi sosial cenderung lebih mudah menghadapi tantangan hidup. Sebaliknya, individu yang pasif dan enggan berkomunikasi akan menemukan banyak kesulitan akibat keterbatasan dalam berkomunikasi. Sebagai makhluk sosial, manusia seharusnya hidup dalam masyarakat dan menghindari sikap individualis yang cenderung menciptakan kepribadian yang pasif. Hidup bermasyarakat menuntut seseorang untuk berinteraksi secara bertahap, sehingga terbentuk etika komunikasi yang baik.
Komunikasi memiliki peran krusial dalam kehidupan manusia, baik dalam hubungan dengan Tuhan maupun sesama manusia, atau dalam hubungan vertikal dan horizontal. Komunikasi membantu membangun konsep diri, aktualisasi diri, dan kelangsungan hidup, serta memperoleh kebahagiaan dan menghindari tekanan dan ketegangan. Melalui komunikasi, kita dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat---keluarga, kelompok belajar, institusi pendidikan, hingga masyarakat yang lebih luas untuk mencapai tujuan bersama.
Komunikasi adalah proses simbolis. Simbol digunakan untuk merujuk sesuatu berdasarkan kesepakatan kelompok. Simbol ini meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Komunikasi memiliki dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukkan apa yang disampaikan, sementara dimensi hubungan menunjukkan cara penyampaian pesan dan mengisyaratkan bagaimana hubungan antara para peserta komunikasi dan bagaimana pesan itu seharusnya ditafsirkan.
Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai tingkat kesengajaan, mulai dari komunikasi yang tidak disengaja hingga yang benar-benar direncanakan dan disadari. Kesengajaan bukanlah syarat mutlak untuk terjadinya komunikasi. Bahkan tanpa niat menyampaikan pesan, perilaku kita bisa ditafsirkan oleh orang lain. Kita tidak bisa mengendalikan bagaimana orang lain menafsirkan perilaku kita. Menganggap komunikasi hanya sebagai proses yang disengaja adalah pandangan yang sempit.
Dalam komunikasi, kesadaran kita biasanya lebih tinggi dalam situasi khusus dibandingkan situasi rutin, misalnya ketika diuji secara lisan oleh dosen atau berdialog dengan orang asing berbahasa Inggris, dibandingkan saat bercanda dengan keluarga atau teman-teman. Konsep "kesengajaan" ini sebenarnya cukup rumit.
Seseorang yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik dapat dengan mudah mempengaruhi pendengar tanpa menimbulkan kebosanan, meski dalam pembicaraan yang cukup panjang. Komunikasi yang efektif mampu menghasilkan pemikiran manusia dan cenderung meyakinkan bahwa apa yang dikatakan adalah sebuah kebenaran. Sebaliknya, komunikasi yang tidak terkontrol dapat berakibat fatal. Banyak dampak negatif yang timbul seperti pertikaian, permusuhan, perselisihan, perkelahian bahkan kematian akibat komunikasi yang tidak beretika.
Dengan pemahaman tentang Al-Qur'an dan as-sunah, hal-hal negatif tersebut dapat dihindari. Umat Muslim hendaknya senantiasa mengikuti teladan Rasulullah SAW. karena beliau merupakan uswatun hasanah bagi semesta alam. Rasulullah adalah contoh sempurna komunikasi vertikal dan horizontal (hablu min Allah dan hablu min annas). Al-Jahiz mengatakan bahwa Rasulullah memiliki kharisma dan tutur kata yang lembut sehingga terhindar dari penentangan atau bantahan. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam komunikasi.
A.HADIS YANG BERKAITAN TENTANG KOMUNIKASI (MENJAGA LISAN)
Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Hamzah, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Hazim dari Yazid dari Muhammad bin Ibrahim dari Isa bin Thalhah bin 'Ubaidullah At Taimi dari Abu Hurairah dia mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa diteliti yang karenanya ia terlempar ke neraka sejauh antara jarak ke timur." (HR. Bukhari. No. 5996 dalam Ensiklopedia Hadis dan No. 6477 pada Kitab Fath al-Bari').
B.KANDUNGAN YANG DAPAT DIPEROLEH DARI HADIS