Lihat ke Halaman Asli

Alvin Haidar

Chemical engineer in the making

Cerpen | Gadis Sendu Bermata Biru

Diperbarui: 16 April 2020   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar via Pixabay

Cerita hanya fiksi jika ada kesamaan nama dan tempat maka itu sebuah kebetulan belaka yang tidak disengaja atau jika iya penulis pernah kesana

Kamis, Maret 2018 merupakan hari pengumpulan laporan praktikum. Hari itu sengaja aku bangun lebih pagi untuk mengantre di meja bawah tangga 'hotspot' gedung kuliah. Jam himpunan ternyata masih menunjukkan pukul 07.00, kepagian, pikirku. Sambil membolak-balikkan laporan sejenak aku menengok meja bundar himpunan yang masih sepi dari aktivitas mahasiswa. 

Meja bundar yang sehari-hari menjadi tempat anak teknik kimia berdiskusi atau membuka gawai lepi mencicil berbagai tugas yang menjadi santapan sehari-hari.

"Ah kepagian ini mah, kakak asisten juga belum dateng ini"

Penat bosan menghampiri hingga sesosok hewan penghuni labtek biru yakni kucing muncul dan bertengger di atas meja "dwi garis". Beranjak dari meja bawah tangga kemudian kusempatkan mengelus kucing di atas meja. Meja dwi garis juga merupakan tempat favorit, jika meja bundar ramai karena daya tarik colokan listrik yang melimpah, maka meja dwi garis merupakan tempat paling asyik untuk berinteraksi ngobrol, main kartu remi sampai UNO.

Baru beberapa menit bermain bersama si kucing, di pinggir meja kayu terlihat gadis berkerudung yang sedari tadi telah sampai lebih pagi mengecek laporan. Gadis ini teman seangkatanku, wajahnya manis, kulitnya eksotis khas timur tengah  ditambah dengan baluran kerudung ungu yang selalu bersandar di kepalanya. 

Bola mata biru dibalik kacamatanya semakin menambah paras manis ketika bertatap. Tak ada yang tahu jelas dari mana asalnya, yang kutahu dari teman seangkatan dia gadis asli salah satu desa di Aceh Darussalam. Ibarat es krim, dia manis tapi sayang dingin, bukan tipeku sih.

Gadis ini jarang berada di himpunan, bukan cuman di himpunan, di angkatan pun demikian. Jika sehabis kelas berbagai bocah bergerombol dengan geng-geng mereka. 

Berbeda dengan gadis ini, dia akan bergegas menarik keluar tas dan pergi dari hamburan massa setelah kelas. Jarang sekali ada yang kenal mendalam tentangnya, dia nongkrong di himpunan pun merupakan sesuatu yang langka. Aku yang memang kepo dengan urusan orang tidak melewatkan kesempatan ini untuk mengenal dekat si gadis. Beranjak dari meja hitam aku mencoba menghampiri si gadis yang masih teliti memeriksa laporan.

"Pagi mel, tumben sudah sampai sini pagi-pagi?," basa basi ku memulai percakapan. Meski aku tahu alasan dia datang dari laporan labtek di genggaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline