Lihat ke Halaman Asli

Komunikasi Kesehatan: Membangun Kesadaran Kebersihan di Desa Cit

Diperbarui: 21 November 2024   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Unisa Yogyakarta Di tengah tantangan kesehatan masyarakat, komunikasi kesehatan memainkan peran penting dalam mengubah perilaku individu. Salah satu contoh konkret dapat ditemukan di Desa Cit, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka. Penelitian yang dilakukan oleh Ferdiana dan Suryani menunjukkan bagaimana Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kebersihan, khususnya terkait perilaku buang air besar sembarangan (BABS).

Pentingnya Kebersihan

Perilaku BABS adalah masalah serius yang tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Menurut data dari WHO, diare dan malnutrisi adalah dua masalah kesehatan yang sering terjadi di lingkungan dengan praktik BABS. Di Indonesia, meskipun ada kemajuan, masih banyak daerah yang terjebak dalam kebiasaan ini. Di Kabupaten Bangka, termasuk Desa Cit, perilaku BABS masih menjadi tantangan.

Peran Komunikasi Kesehatan

Dalam konteks ini, komunikasi kesehatan menjadi alat vital untuk menyampaikan informasi dan membangun kesadaran. Melalui pendekatan Health Belief Model (HBM), kita dapat memahami bagaimana persepsi risiko dan manfaat memengaruhi perilaku masyarakat.

1. Persepsi Risiko: Masyarakat mulai menyadari bahwa BABS dapat menyebabkan berbagai penyakit menular, terutama diare dan infeksi saluran pencernaan. Kesadaran ini muncul melalui sosialisasi yang dilakukan oleh Poskesdes dan pemerintah desa.

2. Kepercayaan terhadap Manfaat: Edukasi mengenai manfaat menggunakan jamban dan menjaga kebersihan lingkungan sangat penting. Dengan memahami bahwa perilaku bersih dapat mencegah penyakit dan meningkatkan kualitas hidup, masyarakat lebih termotivasi untuk berubah.

3. Penghalang Perilaku: Meskipun ada kemajuan, kebiasaan lama dan kurangnya fasilitas masih menjadi hambatan. Oleh karena itu, komunikasi yang berkelanjutan diperlukan untuk mengatasi kendala ini.

4. Dukungan Sosial: Keterlibatan semua elemen masyarakat, termasuk laki-laki dan perempuan, dalam program komunikasi kesehatan sangat penting. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan perilaku.

Strategi Komunikasi Kesehatan

Dari hasil penelitian tersebut, beberapa strategi komunikasi kesehatan dapat diterapkan:

  • Edukasi Berkelanjutan: Sosialisasi mengenai pentingnya kebersihan harus dilakukan secara rutin. Penggunaan media yang bervariasi seperti leaflet, poster, dan media sosial dapat menjangkau lebih banyak orang.
  • Keterlibatan Komunitas: Mengajak seluruh anggota masyarakat untuk berpartisipasi dalam program kebersihan akan meningkatkan rasa kepemilikan terhadap perubahan tersebut.
  • Peningkatan Fasilitas: Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap rumah memiliki akses ke jamban yang layak. Tanpa fasilitas yang memadai, perubahan perilaku akan sulit tercapai.
  • Monitoring dan Evaluasi: Melakukan evaluasi berkala terhadap program komunikasi kesehatan untuk mengetahui efektivitasnya dan melakukan perbaikan jika diperlukan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline