Rasanya seperti 30 hari berpuasa (berbuka dengan yang manis tentunya) terus habis itu terbitlah hari raya. Itulah pengalaman yang saya rasakan setelah tuntas melaksanakan tirakat 30 hari berhenti merokok.
Mengapa perumpamaannya seperti puasa di bulan Ramadan?
Pertama, jumlah harinya sama-sama 30.
Kedua, saya benar-benar menahan godaan dan hawa nafsu selama 30 hari belakangan ini untuk tidak mengisap asap rokok. Rasanya beneran kayak puasa ramadan: Berat, tapi banyak yang didapat.
Ketiga, ada pilihan buat saya untuk menjadi manusia yang lebih sehat dengan hidup tanpa asap rokok. Layaknya banyak ustaz yang sering bilang: sesungguhnya esensi terpenting ramadan itu tak hanya saat bulannya, tapi justru 11 bulan setelahnya.
Kalo saya yang bilang, jadi gini: sesungguhnya esensi berhenti merokok itu bukan sebulan kemarin aja, tapi yang terpenting justru 11 bulan berikutnya.
Lantas pertanyaan selanjutnya: sanggupkah saya? hahaha semoga, pelan-pelan aja.
Lalu, apakah yang membuat saya bertahan hidup tanpa mengisap asap rokok selama 30 hari kemarin? Berikut saya bagikan pelajaran 30 hari tanpa merokok yang mungkin berguna untuk kamu para sobat sebat di manapun berada.
Lakukan dengan Komitmen Nazar
Cara ini ampuh untuk kamu yang punya ketakutan pada zat yang menciptakan kamu, Allah SWT. Saya tidak bermaksud mendadak religi. Tapi ini perihal empiris yang saya alami sendiri.
Karena sebuah hal yang saya dapatkan di awal januari silam, saya bermaksud nazar. Saya mencari nazar apa yang membuat dampak meski kecil tapi bisa menghilangkan kebiasaan buruk. Setelah mencatat list keburukan yang ternyata lumayan panjang, survei dalam hati menentukan bahwa kebiasaan merokok ini yang sebisa mungkin harus segera diredam.