Lihat ke Halaman Asli

Kata-katamu adalah kualitas dirimu

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“mulutmu harimaumu” ungkapan ini mengajak kita untuk berhati-hati dalam berbicara. Walaupun memiliki banyak fungsi untuk kebaikan, berbicara juga berpeluang menimbulkan kemudharatan. Berbicara bisa menguntungkan bagi orang lain, bisa juga merugikan jika kita salah berbicara, bukannya mendapat simpati, tapi malah mendapat caci maki. Banyak sudah pengalaman orang bahkan pejabat buplik yang berbicara kontroversi, dan akhirnya banyak yang tak simpati.

Untuk itu berbicara haruslah berhati-hati apabila kita merasa sebagai orang terdidik yang setiap hariannya berkecimpung dalam urusan pendidikan seperti sekolah, kuliah, dan pegawai sipil, jagalah ucapan-ucapan kita yang merupakan kualitas diri karena bisa jadi yang kita bicarakan dapat menyebabkan permusuhan, fitnah, adu domba dan lain sebagainya. Sebagai contoh di infotement layar kaca Indonesia, terkadang para pemburu berita membesar-besarkan isu seseorang yang sedang bertikai menjadi semakin panas dan heboh. Nah hingga akhirnya ada pertannyaan bahwa hal itu tidak benar, namun apa hanya gara-gara berita itu yang awalnya tidak betikai jadi tidak terealisasi atau mungkin masalahnya hilang begitu saja bak ditelan bumi? Entahlah.

Kata-katamu adalah kualitas dirimu, ungkapan ini menunjukkan pada kita bahwa kualitas seseorang dapat dinilai dari cara berbicaranya. Tetapi di zaman sekarang ini kata-kata ini hanya slogan yang terabaikan begitu saja. Karena pada faktanya sering kita mendengar dan melihat anak-anak kecil sekarang yang baru berusia 7 tahun dia sudah bisa melontarkan sebuah kata-kata kasar dan makian yang tidak pantas kita dengar, apa mungkin itu karena pengaruh lingkungan keluarganya yang orang tua melontarkan kata-kata buruk ketika memarahinya, sehingga sianak menirunya, dan apa mungkin pengaruh lingkungan sekitarnya. Karena pada dasarnya baik buruknya pribadi seorang anak tergantung bagaimana lingkungan keluarga dan sekolah bagaimana cara mendidikannya. Jadi sebagai seorang terdidik kita merasa miris mendengarnya. Padahal dulu ketika aku masih kecil tidak pernah melontarkan kata-kata buruk dan bahkan jarang mendengarkan kata-kata seperti itu. Bahkan ketika orang tuaku memarahiku hanya menasehatiku dan bilang kepadaku kalau aku tidak boleh mengulangi perbuatanku lagi.

Oleh karena itu sudah sepantas kita sebagai pendidik generasi bangsa dan sekaligus sebagai calon orang tua buat anak-anak kita kelak sudah seharusnya untuk memberikan pendidikan terbaik dari usia dini dengan cara memberinya kasih sayang dan cinta dalam keluarga, mengajarkan tutur kata yang baik dan santun, menghormati kedua orang tua, menyekolahkan anak-anak kita menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, agar menjadi orang hebat yang membanggakan orang tua, masyarakat dan Negara serta memiliki kepribadian yang baik dan bisa menjadi entrepreneur yang memotivasi banyak orang dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya.

Kata-katamu adalah kualitas dirimu, untuk itu berbicaralah dengan cara yang baik dan jujur, sopan santun yang merupakan cerminan sikap mulia yang patut kita terapkan dalam kehidupan sehari-sehari. Berbicaralah yang baik yang menunujukan cerminan jika dirimu sangatlah berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline