Lihat ke Halaman Asli

Kreatif itu Bukan Sesuatu yang Mutlak Orisinil

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peluang dan tantangan dalam dunia advertising, mau tidak mau selalu berkaitan dengan aspek kreatif. Adanya kemampuan memunculkan ide kreatif adalah kunci sukses dalam dunia advertising. Peluang dalam dunia bisnis akan mampu didapat apabila seseorang mampu memunculkan kreativitasnya, karena dalam dunia persaingan advertising saat ini tidaklah mudah, persaingan sangat ketat, jadi, bagaimana kita bisa survive dan mampu dilirik di pasaran itu hanya jika kita kreatif. Apa itu kreatif?

Banyak orang menyebutkan, kreatif itu : Beda. Benar, kreatif itu memang ‘beda’. Jadi salah satunya jika kita ingin memiliki peluang dalam dunia advertising yang persaingan bisnisnya begitu ketat ini, kita perlu B-E-D-A.

Lalu, bagaimana dengan Original ? Kreatif, itu tidak sama dengan orisinil. Kreatif itu bukan sesuatu yang asli. Bukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah ada sama sekali. Loh, kok bisa? Berarti sama aja dengan menolak originalitas dong? Mari kita pertegas..

Kreatif adalah merupakan resepsi atau interteks semata dari kebudayaan atau konsep lama, yang kemudian dari konsep lama itulah orang memunculkan sesuatu yang baru. Itulah kreatif. Jadi, tidak ada sesuatu yan sebelumnya tidak ada sama sekali, orang bisa menciptakan ‘sesuatu’ itu. Karena penciptaan yang sebelumnya tidak ada menjadi ada itu hanyalah wilayah Tuhan J

Mungkin kemudian pertanyaan yang muncul adalah : “Bagaimana menjadi seorang kreatif, padahal seseorang itu menolak originalitas?”

Jadi, untuk menjadi kreatif, kita hanya butuh dua hal, apa itu?

©Yang pertama, harus mampu melihat situasi disekeliling kita, mempelajari permasalahan apa yang ada, apa yang terjadi, mengapa itu terjadi dan bagaimana jalan keluar termudah yang bisa dijangkau untuk itu. Nah, bagian pertama inilah yang kita sebut dengan kegiatan “riset”. Semua kegiatan ‘melihat situasi’ itu kita lakukan dengan riset atau penelitian.

©Yang kedua, mengemas ulang. Dengan melihat situasi, tentu kita akan bisa menentukan langkah apa yang akan diambil, nah disinilah akan muncul ide kreatif itu, inilah yang kita sebut ‘mengemas ulang’. Nah, bagian inilah yang kita sebut sebagai “INOVASI”.

Kembali pada pembahasan awal mengenai salah satu cabang ilmu komunikasi; advertising. Apakah yang membedakan antara konsep kreatif komunikasi dengan konsep kreatif yang lain?

Yang membedakannya adalah, ketika konsep kreatif yang lain ide diarahkan atau diwujudkan pada wujud konkritnya, berupa material, konsep kreatif komunikasi terletak pada ide itu sendiri, yaitu berupa pesannya. Jadi bagaimana mengolah pesan yang kreatif, membentuk citra, adalah tugas pokok –kalau tidak mau disebut ‘syarat mutlak –dalam menghadapi tantangan advertising. Jadi yang menjadi tantangan bagi para penggelut advertising adalah tidak cukup pada bagaimana cara pesan itu disampaikan, tetapi juga bagaimana pesan tersebut benar-benar sampai betul pada mindset audiens, sehingga benar-benar mampu teroperasionalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada bagian sebelumnya telah disinggung mengenai ‘pengelolaan/pembentukan citra’. Apa itu ‘pengelolaan citra’ sebuah pesan?

Pengelolaan citra adalah menciptakan realitas baru dalam mindset pasar atau audiens. Untuk contohnya, kita bisa melihat bagaimana beberapa iklan produk-produk rokok mampu ‘menciptakan realitas baru’ dalam mindset audiens.

Misalnya :

-Rokok L.A: dia tampil dengan citranya sebagai rokoknya para musikus.

-Rokok Djarum: rokok Djarum tampil dengan citra pesannya sebagai rokonya seorang petualang sejati.

-Rokok 76: rokok 76 tampil dengan citranya yang merakyat, citra pesan yan menjadi identitasnya adalah rokok ‘rakyat’, yang diwakilkan dengan orang-orang kecil, orang biasa, rakyat biasa.

Yang mana rokok-rokok tersebut diatas, saya kira mereka sudah mempunyai segmen pemasaran yang kuat dengan identitas maasing-masing itu. Jadi, lagi-lagi kita memang tertuntut untuk mengutamakan unsur ‘beda’ itu, karena dalam dunia bisnis, brand itu sifatnya kompetitif. Jadi mau tidak mau harus mampu bersaing dan lebih unggul dari brand-brand lain. Sebisa mungkin kita harus mampu ‘mengeksklusifkan’ diri. Melihat beberapa kesuksesan produk rokok diatas, pada intinya yan paling penting agar pesan kita sampai, baik brand maupun kegiatan dalah ‘memetakan target pasar’, membuat targeting yang tepat, segmetasi pasar hingga menetukan jangan hanya satu kategori, kategori produk brand maupun kegiatan disesuaikan dengan segmentasi pasarnya.

Seperti DAGADU (positioning Jogja), DAGADU membuat tiga kategori produknya, yaitu Kaos, Pakaian, dan Souvenir dengan satu tagline “Kapan Ke Jogja Lagi?”, pesan ini tentu akan mengarahkan mindset audiens dengan harapan benar-benar kembali ke Jogja untuk membeli produk DAGADU. Ini menarik.

Selain menentukan segmentasi, hal penting lain dalam menghadapi tantangan bisnis dan kompleksitas pasar yang meninggi ialah, sebenarnya kita membutuhkan organisasi, sesuatu yang terorganisir, agar ada pembagian job yang jelas. Seperti adanyaperan Public Relation dan Brand Activity.

Kalau dirangkum dari awal, dalam dunia advertising, termasuk kegiatan komunikasinya, langkah-langkah yang harus dilalui agar “pesan” kita maksimal adalah :

1.Riset –Targeting

2.Diferensiasi produk

3.Media plan

4.Penguatan Public Relation –Edukasi SDM

5.Brand Activity

6.Evaluasi

Mungkin itu serangkaian adanya peluang dan tantangan dalan dunia advertising kaitannya dengan kunci sukses utama yang mutlak harus dimiliki yaitu KREATIVITAS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline