Jawa timur di gadang-gadang akan di menangkan oleh koalisi perubahan, namu itu masih prediksi sementara karena Anies Baswedan sebagai calon presiden dari koalisi perubahan yang di motori oleh Partai Nasional Demokrat (NASDEM), menggaet cawapres Muhaimin Iskandar yang di sapa akrab Cak Imin di anggap mapan basis suara partainya di Jawa Timur, Partai itu bernama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Ramai di perbuncangkan kolaborasi antara Anies dan Muhaimin yang di singkat menjadi AMIN kerena sudah deklarasi lebih dulu di banding para Capres dan Cawapres yang lain pada tanggal 02 September 2023 di Hotel Majapahit Surabaya. Setelah kemunculan deklarasi tersebut muncul sebuah pertanyaan bagai mana koalisi Perubahan, mampu menggaet PKB serta apa alasannya ?, mari kita telaah lebih dulu anggota partai yang ada di dalam koalisi ini yaitu Nasdem, PKB, Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Jika kita tinjau dari anggota koalisi seharusnya ada gesekan yang lumayan tajam antara PKS dan PKB secara basis pemilih, karena dua partai ini walapun mengatas namakan nasionalis religius secara basis pendukung berbeda, dengan ke identikan identitas di masyarakat PKB yang lebih di kelompokan pada manifestasi Nahdlatul Ulama (NU) sedangkan PKS di lebelkan dengan kelompok Islam yang cukup keras.
Lalu bukan bertabrakan konstituen saja yang terjadi pada basis pendukung PKB tapi masih ada yang hinggap pada pilihan Prabowo Subianto dibuktikan pada survei Indonesia Polling Stations (IPS) dalam hasil survei terbarunya menemukan mayoritas responden 42,3 persen pemilih PKB mengaku memberi dukungan mereka kepada Prabowo Subianto, Seangkan PKB menerima suara murni 7,7 persen suara dari total 1.220, dan 36,5 persen kepada Ganjar Pranowo dengan basis terbesar tentunya Jawa Tengah, dan 15,2 persen kepada Anies Baswedan.
Jika kita artikan suara partai PKB denngan pribadi Anies hanya mendapat 23,2 persen masih belum bisa menyalip dari Prabowo dan Ganjar pada proses pilpres nantinya. Basis yang cukup besar mendukung Prabowo ada di Jawa Timur dengan dukung langsung dari Yenny Wahid, selain dari pada itu Prabowo mendapatkan dukungan langsung dari mantan pemilih Pak Jokowi yang berada di Jawa Timur.
Jika kita lihat prolehan kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinisi Jawa Timur memang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) adalah pemenang pemilu dengan prolehan kursi sebanyak 27, sedangkan PKB memenangkan sebanyak 25 kursi yang artinya repersentasi masih banyak pendukung PDI-P. Walapun jika melihat pencalonan presiden pasti mengandalkan ketokohan calon yang akan di pilih masyarakat artinya repersentatif tadi hanya berlaku pada orang yang terikat pada partai politik sedangkan basis pemilih masyarakat umum akan menentukan pada unsur ketokohan calon presiden.
Hasil survei terbaru yang dirilis Saiful Mujani Research Center (SMRC) menyatakan bahwa denga Anies menggandeng Muhaimin masih belum mendongkra elektabilitas Anies di Jawa Timur. Ia menjelaskan bahwa Anies Baswedan hanya mendapatkan 14,2 persen di Jawa Timur usai deklarasi dengan Muhaimin. Suaranya masih kalah telak dari Prabowo Subianto 23 persen dan Ganjar Pranowo 44 persen.
Dari hasil analisa mendalam di atas maka bisa di simpulkan bahwa hingga saat ini Anies dan Muhaimin masih belum cukup kuat dengan hasil survei di atas tadi. Selain mengutip dari banyak hasil survei adanya faktor pertentangan basis antara PKB dan PKS yang terlihat solid pertentangan itu terjadi pada akar rumput pemilih yang tidak terikat secara langsung dengan kedua partai tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H