Lihat ke Halaman Asli

M Alvian Rizky

Ketua Umum PK. PMII UNIKOM

Kematian Hitler: Awal dari Bunuh Diri Masal dan Gambaran Kekuatan Ideologi

Diperbarui: 2 September 2023   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada tanggal 30 April 1945, Adolf Hitler, pemimpin Nazi Jerman, mengakhiri hidupnya dengan menembak kepalanya di bawah bunker markasnya di Berlin1 Ia melakukan bunuh diri setelah menyadari bahwa Jerman akan kalah dalam Pertempuran Berlin, yang menandai berakhirnya Perang Dunia II di Eropa1 Eva Braun, istrinya yang baru sehari menikah, juga mengikuti langkahnya dengan meminum kapsul sianida1 Sesuai dengan instruksi tertulis dan lisan Hitler sebelumnya, jenazah mereka dibawa ke luar bunker dan dibakar di taman Kanselir Reich

Kematian Hitler tidak hanya mengakhiri mimpi-mimpinya tentang "Reich seribu tahun", tetapi juga memicu gelombang bunuh diri massal di kalangan masyarakat Jerman dan Eropa yang dikuasai Nazi Banyak warga sipil, pejabat pemerintah, dan personel militer yang memilih untuk mengorbankan nyawa mereka daripada menerima kekalahan Jerman Faktor-faktor yang mendorong mereka untuk melakukan bunuh diri antara lain adalah rasa takut akan pembalasan dan kekejaman oleh Sekutu dan terutama Tentara Merah, propaganda Nazi yang memuliakan bunuh diri sebagai pilihan yang lebih baik daripada kalah, dan putus asa setelah bunuh diri Hitler Misalnya, pada bulan Mei 1945, hingga 1.000 orang bunuh diri sebelum dan sesudah masuknya Tentara Merah ke kota Demmin di Jerman Di Berlin saja, lebih dari 7.000 kasus bunuh diri dilaporkan pada tahun 1945

Propaganda adalah salah satu alat penting yang digunakan oleh Partai Nazi untuk membentuk keyakinan dan sikap masyarakat Jerman. Melalui poster, film, radio, pameran museum, dan media lainnya, mereka membombardir masyarakat Jerman dengan pesan-pesan yang dirancang untuk membangun dukungan dan mendapatkan penerimaan terhadap visi mereka untuk masa depan Jerman Propaganda Nazi mempromosikan ideologi Nazi dengan mendemonisasikan musuh-musuh Partai Nazi, terutama Yahudi dan komunis, tetapi juga kapitalis dan intelektual Propaganda Nazi juga menanamkan nilai-nilai yang ditegaskan oleh Nazi, seperti kematian heroik, Fhrerprinzip (prinsip pemimpin), Volksgemeinschaft (komunitas rakyat), Blut und Boden (darah dan tanah), dan kebanggaan dalam Herrenvolk Jermanik (ras unggul)

Propaganda juga digunakan untuk menjaga kultus kepribadian di sekitar Hitler sebagai pemimpin Nazi, dan untuk mendukung kampanye-kampanye untuk eugenika dan aneksasi daerah-daerah berbahasa Jerman. Setelah pecahnya Perang Dunia II, propaganda Nazi mencela musuh-musuh Jerman, terutama Inggris Raya, Uni Soviet, dan Amerika Serikat, dan pada tahun 1943 mendesak penduduk untuk berperang total

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kematian Hitler adalah awal dari sebuah bunuh diri massal dan kekuatan ideologi. Kematian Hitler menunjukkan betapa kuatnya pengaruh ideologi Nazi terhadap pikiran dan perilaku banyak orang, sehingga mereka rela mati daripada hidup dalam kekalahan. Kematian Hitler juga menunjukkan betapa rapuhnya ideologi Nazi itu sendiri, karena tanpa pemimpin karismatiknya, ia tidak mampu bertahan menghadapi tekanan dari musuh-musuhnya. Kematian Hitler adalah akhir dari sebuah mimpi buruk yang telah menyebabkan penderitaan dan kematian bagi jutaan orang di seluruh dunia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline