Lihat ke Halaman Asli

Al Vian

Mahasiswa

Analisis Penyebab Gangguan Kecemasan Fobia pada Anak Usia Dini

Diperbarui: 13 Mei 2024   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sebagai peserta didik kita sudah tahu bawah rasa cemas yang berlebihan pada anak usia dini adalah hal yang tidak bisa di pandang remeh, karena ketika anak -anak sudah masuk pada masa tumbuh dan berkembang tentu rasa ingin tahunya juga semakin banyak. Contoh memanjat pohon terus terjatuh dan menyebabkan rasa takut pada ketinggian. Dengan secara tindak langsung anak tersebut tidak sadar kalau hal itu menyebabkan fobia atau rasa takut yang ekstrem dan bertahan lama.

Data menunjukkan bahwa dari (setyaningtyas,2018) 12% -20% anak mengalami kecemasan. Data dari (Ukoli,2020) menunjukkan 10,7% -17,3% mengalami kecemasan dan berakibat fobia. Fobia sendiri merupakan rasa takut yang berlebihan terhadap sesuatu gangguan kecemasan.

Terdapat beberapa faktor yang timbulnya fobia salah satunya, yaitu pengalaman yang kurang menyenangkan yang dapat berdampak traumatis atau gangguan pada sistem syaraf genetik dan lingkungan. Seorang akan cenderung akan mengalami fobia jika di besarkan oleh orang tuanya yang sering mengalami kecemasan.

Dampak yang di timbulkan oleh fobia adalah bisa mengganggu penderita. Bahkan bisa jadi penderita tersebut sampai mengalami trauma, sebab berbeda dengan rasa takut penderita fobia bisa kambuh, bahkan saat objek yang memicu rasa takut tak ada di hadapannya.

Melihat kenyataan tersebut peran orang tua sangat berperan penting dalam hal -- hal tersebut, selebih lagi dalam mengawasi gerak gerik seorang anak. Jika ada hal yang bersangkutan seperti sikap nya yang mencurigakan, seperti ketakutan tanpa ada sesuatu yang membahayakan dirinya, bisa jadi telah mengalami fobia dan itu secepat mungkin untuk di bawa ke terapi. Ada beberapa cara untuk mengatasi terhadap orang terkena fobia dengan menerapkan kemampuan berpikir yang positif dengan merubah pemikiran kurang baik atau negatif. Terapi kognitif dapat membantu seseorang dalam menyelesaikan persoalan dengan belajar dari pengalaman yang sudah lalu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline