SEBUAH event bertajuk Indonesia Naik Kelas digelar salah satu media di Jakarta, November 2016. Salah satu pembicaranya adalah Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto atau akrab disapa Danny Pomanto.
Kehadiran Danny Pomanto memberikan impresi besar dalam forum tersebut. Sebab sosok Danny Pomanto sebagai kepala daerah sudah mendunia kendati belum 3 tahun menjabat Wali Kota Makassar.
Karyanya, Makassar Smart Card menjadi kartu pintar pertama di Indonesia bahkan di dunia yang menyatukan fungsi cashless dan privat.
Kartu berbasis android tersebut tidak hanya memudahkan pajak dan urusan kependudukan, tetapi juga me-record data kesehatan (medical record) setiap warga.
Danny juga mendapat apresiasi dari puluhan kepala daerah se-Asia Tenggara di ajang The ASEAN Mayor Forum 2015 karena berhasil memberdayakan masyarakat lewat program Lorong Garden (Longgar). Program ini berfokus kepada upaya penghijauan lorong (gang) pemukiman penduduk di Kota Makassar.
Saat ini hampir semua lorong pemukiman warga di Makassar terhampar tanaman hijau produktif menyejukkan mata. Semua tanaman hijau itu ditanam sendiri oleh masyarakat. Mereka yang menanam, merawat, dan menikmati hasilnya. Tak heran jika Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop lewat akun twitternya sempat men-tweet kekaguman terhadap program Longgar.
Danny Pomanto merupakan bagian dari fenomena lahirnya Change Leader atau pemimpin perubahan di Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Change Leader lainnya adalah mantan Wali Kota Solo yang kini menjadi Presiden RI Joko Widodo, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
Mereka menerapkan management birokrasi dan politik moderen yang transparan dan akuntabel. Mereka juga melek teknologi digital dan mengaplikasikannya dalam pekerjaan, khususnya pelayanan kepada masyarakat. Berbagai masalah perkotaan mereka atasi tanpa melahirkan masalah baru.
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi UI Rhenald Kasali, change leader adalah pemimpin yang dapat memperbaiki rakyat, bangsa, dan generasi masa depan. Mereka tidak sekalipun menggunakan jabatan untuk mengimpresi, pamer kekuasaan, apalagi mewariskan kerusakan.
Seorang change leaders pun tidak pernah takut akan bahayanya resiko. Ia akan berusaha mewujudkan karya dan impiannya, meski di depannya menghadang resiko besar, sebuah ketidakpastian (non-finito), kekurangan biaya, kurangnya dukungan masyarakat, ketidakpastian perekonomian dunia, ataupun kehabisan waktu.
Kehadiran para change leader yang focus membangun masyarakat daerah di era digital sekarang ini sangat dibutuhkan. Wilayah Indonesia yang alamnya kaya raya membutuhkan change leader untuk mengubah constraint menjadi oportunity.