"Tak... klotak...klotak...klotak."
Suara dari high heels yang melangkah ke arah lift.
Aku yang tengah melihatnya merasa kagum dengan body tinggi semampai, putih dan catik itu. Dia adalah bosku selaku Direktur, dan aku bekerja sebagai team Marketing di tempatnya.
"Yaaah... berlemak, tembem." Aku melihat diriku di kaca toilet kantor, badanku sebenarnya tinggi. Aku memiliki tinggi badan 168 cm tapi tubuhku jauh dari kata body goals. Aku juga ingin seperti mereka yang memiliki tubuh indah.
Aku sebenarnya sudah sering di tegur bosku untuk mengikuti progam diet karena, jika aku tetap seperti ini aku akan kehilangan pekerjaanku dan aku mengiakanya. Aku sudah mengikuti progam ini itu untuk badanku tapi hasilnya sama. Aku tidak mampu menahan godaan makan, apalagi kalo itu soal junk food dan boba.
"Handaru, besok kamu ikut aku bertemu pak Dave. Dia ingin tanda tangan kontrak sponsor buat kosmetik kita." Ajak teman sekantorku di bidang yang sama.
"Oh, iya. Aku besok kebetulan luang tidak ada janji dengan client juga." Balasku.
"Ok. Ingat dandan yg cantik dan rapih jangan gara-gara kamu Pak Dave kabur. Tutup itu jerawat di wajahmu. Sangat mengganggu!"kalimat itu sudah sering aku dengar dari teman kantorku.
Aku masih biasa saja dengan kalimat yang mungkin menurut orang lain menyakitkan. Itu karena ada dia pacarku yang tak memandang fisik ku dan tak pernah mempermasalahkan hal itu saat dia bersamaku.
Hari esok pun tiba.
Seperti biasa sebelum berangkat ke kantor, aku mengantar adik ku ke sekolah karena, searah dengan kantor tempat ku bekerja. Aku tinggal berdua di rumah sepeninggalan kedua orang tua ku. Oleh karena itu, bagaimanapun caranya aku harus tetap bertahan di tempat ku bekerja.
Setibanya di kantor.