Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan Beku

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku berjalan
Di antara rusuk-rusuk malam yang berkarat
Menelusup lorong demi lorong kebekuan mencekik
Kendati dadaku mesti terselimuti,
selendang api
yang kau ikhlaskan menjadi cahaya venus
maka ku sibak dengan telaten
kabut demi kabut
tujuh puluh tiga lapis udara jelaga
sedang tanganmu pun terbuka membelah langit
maka ku sambangi kau dengan limpahan harapan
walau entah kapan kan sampai
Mungkin sampai kerlip bintang terakhir
namun sampainya pasti sampai
sampai sajakKu amerta pada jarak hidup dan mati
Pada jarak ku dan jarak mu
terbentang tujuh puluh tiga lapis udara jelaga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline