Anak-anak generasi Milenial memiliki karakteristik yang berbeda dengan dengan orang-orang dari pendidikan Kolonial. Dua generasi tersebut apabila digabungkan bagaikan Tom and Jerry.
Para orang tua memiliki kelabihan dari pengalaman yang pernah merasakan getir manis kehidupan dan juga sudah ditempa berkali-kali tentang masalah hidup, akan tetapi untuk penggunaan teknologi kurang bisa menguasai.
Di sisi lain anak-anak milenial mereka jauh lebih jago menggunakan teknologi, tapi memiliki kelemahan bosan dengan satu pekerjaan, maka jangan heran mereka bisa berganti-ganti pekerjaan tiga atau empat kali dalam satu tahun.
Cara berpikir anak-anak generasi sekarang mereka lebih memilih pada sebuah kecepatan perubahan dan juga hal yang instant, apalagi banyak anak-anak muda yang menyalah artikan mengenai prinsip kebebasan finansial, sedikit bekerja tapi hasil nyatanya bisa dirasakan dengan lebih cepat.
Banyak perangkat-perangkat teknologi yang memfasilitasi kemampuan tersebut, bahkan dengan adanya bantuan smartphone dan berbagai aplikasi bisa menghasilkan shortcut dalam pekerjaan.
Misalkan saja, dahulu sebelum sosial media belum se-booming sekarang, ketika orang-orang ingin mengedit video mereka membutuhkan aplikasi yang harus menggunakan komputer, sebut saja adobe audition yang jauh lebih rumit dalam menggunakan fitur.
Akan tetapi dengan adanya sosial media seperti TikTok, reels di instagram, dan short di Youtube memudahkan seseorang dapat membuat video dalam hitungan detik, dan pengerjaannya pun jauh lebih mudah.
***
Tidak perlu dipungkiri kecepatan pembelajaran tersebut kadangkala membuat anak-anak muda sekarang menjadi lebih arogan, apalagi yang sudah terpapar oleh sosial yang memperlihatkan hal-hal yang toxid.
Para anak muda menganggap bahwa orang tua sudah masanya berlalu, tidak peduli se-epik apapun ceritanya, yang menjadi role model tetap saja orang-orang public figure yang terkenal dari media sosial.