Lihat ke Halaman Asli

Sosok Gus Ipul-Puti Dinilai Cocok Tangkal Radikalisme

Diperbarui: 7 Juni 2018   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Surabaya, Kompasiana - Bertempat di Cafe Pinarak yang terletak di belakang Kampus Untag Banyuwangi Jawa Timur, puluhan mahasiswa yang mengatasnamakan Forum Mahasiswa Revolusi (Formasi) menggelar Focus Grup Discussion (FGD) yang bertema 'Pentingnya Pemimpin Religius Nasionalis dalam menangkal Radikalisme di Jawa Timur' dan dikonsep buka puasa bersama. Rabu (6/6/2018) Sore.

Salah satu peserta FGD yang hadir, Moh. Ibnu mengatakan, akar masyarakat jawa timur adalah agamis dan nasionalis. Pasalnya, selama ini mereka kerap menjadi benteng jawa timur.

"Namun dengan fenomena teror bom bunuh diri yang pelakunya adalah masyarakat jawa timur, tak pelak memberikan pukulan pada kita. Masyarakat agamis dan nasionalis yang kita anggap membentuk masyarakat luhur pada realitasnya malah masih terdapat perilaku buruk," kata Ibnu di sela-sela diskusi.

Menurutnya, Jawa Timur yang kental dengan kultur nasionalis religius sudah selayaknya mendambakan sosok pemimpin yang berintegritas.

"Sebentar lagi, Jawa Timur menghelat Pilgub, Paslon Cagub Cawagub jatim nomor urut 2 saya rasa sama-sama memiliki kultur yang kental nasionalis religius, bukan hanya secara ideologi tapi secara silsilah juga punya keterkaitan," tegasnya.

dokpri

Sementara menurut Sidik Maulana, berbicara nasionalisme dan agamis adalah satu kesatuan yang saling keterikatan. Tapi pihaknya bersikap skeptis jika membawa simbol agama dalam kepemimpinan politik kebangsaan, sebab agama urusan personalitas yang termanifestasi dalam wujud nasionalisme dalam konteks bernegara.

"Jadi saya lebih tertarik melihat paslon Gus Ipul-Mbak Puti bukan hanya tanggung jawab kulturalnya, tapi juga tanggung jawab warisan nenek moyangnya untuk ditunggu dedikasinya pada jawa timur," tandas Sidik Maulana.

Ditempat yang sama, Defit Ismail juga mengungkapkan, pihaknya harus melihat problem Jawa Timur dihadapkan pada fenomena radikalisme, sedangkan demokrasi atau Pilkada Jatim menjadi harapan besar masyarakat jatim untuk membawa perubahan.

"Analisis sosiologi politik, saya rasa penting untuk menilai calon. Bukan hanya track recordnya, tapi relasi dibelakangnya," pungkasnya. (ATH)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline