16 Januari 2019
Saya bertemu dengan seseorang dari Inggris. Singkat cerita, kami berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang negara masing-masing. Suatu hari terlintas di pikiran saya,"bagaimana kalau saya membeli 1 pound?" karena saya sangat suka berbicara dengan dia. Saya juga memiliki $1 pemberian ayah saya dulu. Saya berpikir mungkin ini hal yang konyol, namun saya ingin sekali punya poundsterling.
Saya sama sekali tidak mencari tahu terlebih dahulu seperti apa mata uang Inggris itu. Esok harinya, saya ke kantor cabang pembantu bank yang dekat dengan kampus dan bertanya pada customer service. CS mengatakan bahwa saya harus ke kantor cabang dan menanyakan terlebih dahulu ke satpam apakah mata uang tersebut tersedia. Sore harinya, saya pergi ke kantor cabang dan bertanya pada satpam. Pak satpam mengatakan bahwa poundsterling tersedia, namun saya harus membawa KTP saya untuk transaksi tersebut. Pak satpam juga menunjukkan pada saya kurs yang berlaku saat itu dan saya dapat mengaksesnya melalui website bank.
Pagi esok harinya, saya langsung menuju antrian teller dan saya sendiri yang terlihat tidak terlalu penting, atau justru mencurigakan. Maksud saya, orang lain yang mengantri adalah orang-orang yang berpakaian rapi sementara saya hanya datang dengan kaos, jins, jaket dan ransel kecil. Hingga tiba saya di meja teller, saya bertanya..
Saya :"Mbak, apakah saya bisa menukar rupiah dengan poundsterling?"
Teller :"Bisa. Berapa banyak?"
Saya :"Berapa pecahan yang paling kecil?"
Teller :"Disini kami hanya punya pecahan besar. 20 dan 50 poundsterling"
Astaga. Saya tidak mengantisipasi jawaban ini.
Saya :"Kalau pecahan kecil tidak bisa?"
Teller :"Kalau pecahan kecil bisa tukar di Bank Indonesia, atau saran saya di money changer karena pecahannya pasti lebih kecil dan biasanya harganya lebih murah."