Permainan engklek berasal dari Roma Italia dengan sebutan Hopscotch yang memiliki arti melompat atau melompati garis-garis yang berada dalam permainan tersebut. Permainan ini kemudian masuk ke wilayah Indonesia dan diyakini dibawa oleh para penjajah pada masa itu. Asal kata engklek ternyata berasal dari bahasa jawa yang artinya menggunakan satu kaki. Permainan tradisional engklek merupakan permainan anak yang sangat populer di kalangan masyarakat pedesaan, dan dapat dijumpai hampir diseluruh wilayah yang ada di Indonesia dan dikenal dengan sebutan yang berbeda sesuai dengan daerahnya masing-masing.
Permainan ini mengajarkan anak untuk bersosialisai dengan orang lain karena biasanya bisa dilakukan lebih dari 3 orang atau lebih dan bisa dilakukan oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Cara bermainnya cukup mudah yaitu dengan menggambar sebuah kotak-kotak kecil yang nantinya tempat berpijak dengan satu kaki, biasanya menggambar di atas tanah menggunakan lidi ataupun di atas beton menggunakan kapur. Untuk jumlah kotak-kotaknya juga ternyata dapat bervariasi disesuaikan dengan kesepakatan para pemainnya. Serta selanjutnya yang dibutuhkan adalah sebuah batu/ genting bekas sebagai alat sasaran untuk melempar kekotak selanjutnya.
Sesuai dengan namanya engklek, permainan ini membutuhkan keseimbangan badan karena harus melompati tanpa menginjak garis menggunakan satu kaki, dan jika keseimbangannya kurang bagus maka pemain tersebut dinyatakan kalah. Tak hanya keseimbangan ternyata permainan ini juga membutuhkan ketelitan serta ketepatan saat melempar batu atau genting.
Batu atau genting yang digunakan harus batu yang sedang tidak boleh terlalu kecil ataupun terlalu besar serta tidak terlalu tebal karena akan mempengaruhi kecepatan jatuh benda. Jika seseorang melempar batu/ genting melewati garis yang sudah dibuat tadi pemain tersebut tidak bisa bermain dan harus menunggu satu putaran baru bisa bermain kembali, dan dapat dinyatakan sebagai pemenang ketika bisa melempar batu/genting tepat sasaran ke semua kotak yang sudah dibuat.
Selain kita harus melestarikan permainan engklek tenyata permainan ini memiliki dampak yang cukup bagus bagi anak-anak untuk melatih sistem motorik, psikologis, keterampilan sosial, kreativitas dan perkembangan kognitif anak.
Kegiatan anak tersebut bisa diterapkan dengan teori gravitasi bumi pada saat melempar batu atau genting ke tanah atau ke kotak permainan bahwa setiap benda yang jatuh dari atas pasti akan jatuh ke bawah dan tidak melayang, serta bisa mengetahui kecepatan jatuh benda, karena kecepatan jatuh batu atau genting yang besar pasti akan berbeda dengan batu/genting yang kecil. Hal ini terjadi karena adanya gravitasi bumi.
Permainan engklek juga bisa menjadi inovasi bagi seorang guru Sekolah Dasar dengan menerapkan media pembelajaran kepada anak-anak melalui media permainan engklek, sehingga pelajaran dapat lebih mudah dipahami dan juga tidak membosankan menerima bahan ajar yang baru. Dari satu sisi anak-anak dapat melestarikan permainan tradisional serta dapat belajar tentang pelajaran.
Sebenarnya ada banyak pelajaran sekolah yang bisa diterapkan yang bisa diambil dari permainan engklek, tetapi untuk kali ini dikhususkan untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang cara bagaimana beradaptasi dengan antar tim saat bermain, dapat melihat langsung perbedaannya kecepatan jatuh benda pada saat melempar batu atau genting dengan berbagai macam ukuran , benda mati (batu/ genting) dapat bergerak karena adanya suatu dorongan atau lemparan saat bermain dan tentang adanya gravitasi bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H