Perang psikologi politik melalui media tv sudah dimulai. "Perang" ini semakin seru menjelang pilpres 2014 apalagi melalui media tv yang notabene telah terjadi polarisasi. Metro TV dengan Media Indonesia-nya yang dibawahi Surya Paloh yang sekaligus ketua umum partai Nasdem bekerjasama dengan kubu PDIP, PKB, Hanura dan PKPI dalam mengusung Jokowi-JK sebagai capres cawapres. Sedangkan TV-One dengan viva newsnya yang dibawahi Abu Rizal Bakrie yang sekaligus ketua umum partai Golkar berkoalisi dengan kubu Gerindra,PKS,PPP,PAN,PBB dalam mengusung Prabowo-Hatta sebagai capres-cawapres. Yang sedikit menarik adalah bergabungnya Hary Tanoesoedibyo yang membawahi RCTI,MNC TV, Global TV dengan MNC Groupnya telah menyatakan bergabung dengan kubu Prabowo-Hatta, padahal sebelumnya gencar sekali dengan iklan WIN-HT diusung sebagai capres Hanura yang dibawahi Wirantor (WIN) yang telah bergabung ke kubu Jokowi-JK. Aneh memang, tapi itulah politik.
Dalam kaitannya perang psikologi politik melalui media TV, dari kemarin pagi media TV terutama Metro TV dan TV One telah mengangkat berbagai berita terkait pencapresan masing-masing kubu yang telah didukungnya. Sedangkan MNC Group sepertinya masih adem ayem dalam artian tidka terlalu masif dalam pemberitaan walaupun tetap saja memihak kepada kubu yang telah didukung bossnya yaitu Prabowo-Hatta.
Dari kemarin pagi, TV One banyak mengulas tentang Prabowo melalui dialog tokoh-tokoh serta publik figur yang mendukung Prabowo-Hatta dari tokoh2 tua sebagai sahabat Prabowo dan keluarganya, lalu ada Ahmad Dhani sebagai pubik figur yang tentunya mendukung Prabowo-Hatta, dilanjutkan dengan acara siaran dialog Amin Rais yang merupakan pendukung Prabowo-Hatta, dilanjutkan lagi dengan dialog bersama Mahfud MD yang juga merupakan menjadi salah satu ketua tim suskes Prabowo-Hatta,padahal sebelumnya Mahfud MD merupakan tokoh yang masuk dalam bursa cawapres Jokowi melalui PKB. Namun setelah pengumuman bahwa cawapres Jokowi adalah JK, Mahfud MD segera menyeberang ke kubu Prabowo. Lalu tadi pagi disiarkan dialog bersama Prof.Amien Rais yang merupakan pendukung Prabowo dan diklaim TV One sebagai pencerahan. Tentu semua dialog itu digunakan sebesar-besarnya untuk menggiring opini masyarakat untuk lebih memilih kubu yang mereka dukung daripada lawannya dengan memberikan angle (sudut) positif untuk Prabowo dan sudut negatif untuk Jokowi .
Lain halnya dengan Metro TV, Metro TV lebih banyak mengulas tentang kegiatan Jokowi dan para pendukugnya di daerah-daerah, membahas politik secara umum, serta tentang korupsi dana haji dan status tersngka SDA yang merupakan anggota koalisi kubu Prabowo-Hatta walaupun ada satu dialog dengan Jusuf Kalla sebagai cawapres Jokowi.
Jika dilihat dari taktik dan strategi perang politik, Tv One tidak banyak mengulas korupsi dana haji dan ditetapkannya SDA sebagi tersngka secara dalam karena SDA dan PPP merupakan penyokong koalisi kubu Prabowo dan lebih banyak membicarakan Prabowo melalui tokoh-tokoh dan publik figur. Taktik dan strategi ini adalah untuk MENGALIHKAN PERHATIAN warga/rakyat dari kasus dana haji yang melibatkan SDA sebagai ketua umum PPP dan Menag yang sekaligus juga mitra koalisi kubu Prabowo-Hatta. Apalagi sebelumnya dalam salah satu iklan Prabowo, disebut-sebut akan dibuatnya tabungan haji yang padahal tabungan haji itu sedang bermasalah yaitu dengan ditetapkannya SDA sebagai tersangka. Sama seperti kasus Ratu Atut dan Akil Muchtar yang merupakan kader Golkar, maka yang dibahas oleh TV One tentu yang normatif-normatif saja bahkan tidak disangkut pautkan dengan Golkar karena TV One merupakan media underbownya Golkar karena pemiliknya adalah ketua umum Golkar.
Untuk Metro TV,lebih banyak memberitakan kegiatan Jokowi di daerah-daerah, prestasi kerja Jokowi, membahas politik secara umum walaupun beberapa ada membahas Jokowi tapi tidak secara khusus dibuatkan acara dialog langsung seperti Tv one membahas Prabowo melalui tokoh-tokoh pendukungnya dalam dialog. Metro TV juga lebih banyak menyiarkan isu korupsi yang merupakan masalah yang sangat serius, pelik, krusial dan sangat merusak bangsa dan negara terutama kasus dana haji yang melibatkan SDA sebagai ketua umum PPP sekaligus Menag yang juga merupakan mitra koalisi kubu Prabowo. Sesekali Metro TV tetap menyiarkan kegiatan dan pandangan beberapa tokoh bahkan salah satu pendukung kubu Prabowo.
Itulah gambaran kecil dan singkat dari saya tentang perang psikologi politik melalui media TV nasional.
"Pilihan boleh berbeda, asala jangan fitnah dan kamapnye hitam"
Salam Indonesia Baru...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H