Sore hari, seperti biasa, aku menidurkan anakku dalam gendongan. Hampir setengah jam kemudian bayi mungilku tertidur. Rencananya aku akan segera membaringkannya di tempat tidur setelah benar-benar nyenyak. Tapi niatku kutunda karena terdengar suara kencang serombongan pengamen dari ujung gang. Sebentar lagi pasti lewat di depan rumah.
Pintu rumah segera kututup. Berharap rombongan pengamen itu tidak mampir dan membangunkan anakku yang baru saja tertidur.
Tapi aku salah.
Sebentar kemudian suara gitar dan kendang nyaring menimpali suara penyanyinya yang asal-asalan. Aku diam saja. Menunggu pengamen itu sadar bahwa pintu rumahku tertutup dan segera pergi.
Tapi lagi-lagi aku salah.
Entah karena sudah terlanjur jadi langganan ngamen, atau karena alasan lain, rombongan pengamen yang terdiri dari 3 anak muda itu tetap bertahan. Terus menyanyi dengan semangat membara.
Tiga menit berlalu. Akhirnya aku menyerah . Mengambil uang recehan dengan muka tertekuk. Membuka pintu dengan setengah dongkol. Mengulurkan uang receh sambil bilang "Sttttt....," sambil menunjuk anakku yang tertidur... tanpa senyum.
Anak-anak muda itu menghentikan lagunya, mengambil uang yang kuulurkan tanpa suara, dan bergegas pergi sambil nyengir kuda.
Aku kembali masuk rumah dengan masih menyimpan kesal. Dan sepertinya, aku tak akan mendapat nilai sodaqoh dari uang recehan itu. Mana mau malaikat Rokib mencatat amalan yang sama sekali tak dilandasi rasa ikhlas?
Hemmm...
Peristiwa serupa tapi tak sama pernah juga kualami tahun 2003.