Lihat ke Halaman Asli

Sedamai Sunset di Hati

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Kamu jahat...!!!" teriak hatiku marah.
"Aku...? Jahat...?" sahut otakku heran.
"Ya... Kamu jahat. Kau biarkan aku terluka, kecewa, sakit ...!" tukas hatiku cepat.

"Aneh... Bukankah aku sudah sering kali mengingatkan? Kamu sendiri yang tak mau mendengar," otakku masih mencoba bersabar.

"Iya... Tapi...,"hatiku kehilangan kata-kata. Mulai terisak. Isak yang begitu kering. Tanpa embun.

"Berhentilah bermain dengan perasaan. Beginilah akibatnya. Dibodohi, dikecewakan..."

Otakku mulai membujuk.

"Aku tak menyangka, ternyata dia tidak menyayangiku." lirih hatiku bergumam.

"Hai... Dia tidak menyayangimu? Yang benar saja. Dia sangat menyayangimu. Itulah sebabnya dia menghindar. Dia tak ingin membuatmu terperangkap si hasrat gila," hati kecilku yang sedari tadi diam menyahut cepat-cepat.

Hening.

"Rasanya memang benar begitu," otakku ikut mendukung.

Kembali hening.

Otak memerintahkan kepalaku untuk mendongak. Agar mataku bisa melihat langit temaram senja itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline