Lihat ke Halaman Asli

Ke Ramma' Lagi, Bukan Laporan Perjalanan....hehehe...

Diperbarui: 26 Juni 2015   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ole-ole Dari Ramma’…Sekali lagi, Bukan Laporan Perjalanan hehehe... Alul yang cakep, 003/MAHESA/PENDIRI/2007 Kali ini, 28 november 2008, dini hari.. Kembali kulangkahkan kakiku di tempat ini, kujejakkan sepatuku mereknya Trakindo nyewa di Dimitri dengan slogan Outdoor Solution dengan memakai SIM A-nya temanku namanya Ahmad yang baik hati sebagai jaminannya. Kembali kulangkahkan kakiku di tempat ini, kampong beru namanya..jalanannya rusak parah dengan pendakian dan penurunan yang ampun (bikin Sakit Kaki dan Sakit Hati). Itu baru kampong beru, Bro…,masih ada sekitaran sekilo menuju Desa Lembanna, desa yang penuh dengan keramahan warganya, desa yang sebagian besar warganya hidup dari berkebun dan beternak…ada banyak sayuran bertebaran di mana-mana.. Terpaksa jalan kaki membawa carrier dengan beban maksimal 120 kg dengan medan yg berat cukup menyita banyak tenaga serta konsentrasi penuh biar tetap tenang tanpa ada umpatan yang keluar dari bibirku yang sensual ini. Tapi dasar anjing, ngga bisa lihat cowok cakep lewat, trus saja di gonggongi dengan kekuatan penuh…anjing..anjing..andaikan kamu bisa ngomong, km pasti akan berkata alul cakep lewat..alul cakep lewat…mau bagaimana lagi? Cakep yach cakep, anjing yach anjing… Masih menuju lembanna, dengan susah payah kunyalakan kembali alat pemutar MP3ku mereknya hi-Tech seharga Rp 210.000,- di computer city Makassar,yang jaga toko manis, namanya Vita Kulihat dari ID Cardnya…thanks naa, nda penting banget… Masih menuju Lembanna, Lagunya Saint Loco memang paling pas menemani perjalanan yang panjang ini…hip Rock, Falling, Terapi Energi, Metropolis, Maria, dan Kedamaian sebagai penutupnya…keren!!! ngga sadar ternyata ada ahmad dan yude yg menemani perjalanan ini (hehehe..menemani..) ada juga tomo, fatah, dan hisyam yang turut serta dalam perjalanan ini, mereka pun juga cukup merasa tersiksa dengan medan ini, apalagi “mengendarai motor supaya baik jalannya. Supaya motor baik jalannya, yach terpaksa alul yg cakep beserta ahmad dan yude yang biasa-biasa saja turun dari motor dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan peralatan manual (kaki) yang dibalut dengan apik menggunakan sepatu mereknya Trakindo nyewa di Dimitri dengan slogan Outdoor Solution dengan memakai SIM A-nya Ahmad yang baik hati tapi sayangnya biasa-biasa saja wajahnya sebagai jaminannya.

Pendaki..pendaki..memang susah jadi pendaki. Lebih gampang jadi teroris daripada jadi pendaki. Lebih gampang jadi penjual sayur daripada jadi pendaki. Lebih gampang jadi penjual obat daripada jadi pendaki. Lebih gampang jadi ALMARHUM daripada jadi pendaki. “DIRALAT” Lebih gampang jadi ALMARHUM kalo mau jadi pendaki. 02.32 Waktu Indonesia bagian Lembanna, akhirnya kami pun tiba di Lembanna.kami pun memilih untuk mengetok pintu dini hari pada sebuah rumah paling sudut berwarna hijau yang konon kabarnya menjadi base camp bagi teman-teman dari Kalpataru SMU Neg 1 Makassar(Salam Lestari) dan sepenuhnya menjadi milik dan kepunyaan Tata’ Rappe dan keluarganya yang ramah, bersahabat dan baik hati. 06.56 Waktu Indonesia bagian Lembanna, alul yang cakep terbangun dari mimpinya karena mendengar suara dari teman-teman yang berisiknya minta ampun..yach terpaksa bangun.(kode etik orang menumpang : Harus rajin bangun pagi, harus bantu-bantu empunya rumah, dll). Setelah cuci muka dan menyikat gigi dengan bersih dan teliti, alul yang cakep pun dengan lagak bak ksatria menuju ke pekarangan sembari menatap ke arah pegunungan Bawakaraeng-Lompobattang... eh, ternyata teman-teman sudah menyiapkan sarapan. Dan tanpa menunggu aba-aba, tanpa rasa bersalah alul yang cakep mendekati sarapan panas di pagi yang cerah namun dingin. Ok, MENU SARAPAN KITA PAGI INI : Nasi Goreng bumbu Indofood dengan taburan bakso dan telur dadar serta mie goreng lagi-lagi Indofood. Setelah menyiapkan perlengkapan dan mem-Packing Ulang tas carrier dengan tujuan membagi rata beban yang akan dibawa, 11.00 Waktu Indonesia bagian Lembanna, kami pun memulai perjalanan dengan tak lupa untuk berdoa kepada Tuhan Yg Maha Esa sebelumnya memohon keridhoannya untuk melindungi kami sepanjang perjalanan. Perjalanan menuju Ramma’, sama seperti kebanyakan tempat di Sulawesi selatan, hanya pohon-pohon tinggi, semak-semak, lembab, dan sungai-sungai kecil yang membelahnya. Ramma’ merupakan sebuah lembah yang indah, tapi kalo menurut alul yang cakep “Lembah Putus Cinta” adalah nama yang pantas…(Siapa Suruh Pergi Mendaki? km lbh perhatikan gunung daripada saya? Lebih baik kita PUTUS!!!, BrAkKKk!!!). Perjalanan menuju Ramma’, tim melalui percabangan (Ketika Kaki harus Memilih). KANAN Berarti Ramma', KIRI berarti Puncak Bawakaraeng. Hahaha, karena tim menuju ke Ramma’ makanya kami memilih jalur Kanan untuk dijalani setapak demi setapak..ada beberapa sungai besar yang dilalui (dan menurut kesepakatan umum, setiap sungai menuju ramma adalah pos persinggahan bagi pendaki). PERHATIAN..PERHATIAN..SELAMAT DATANG DI POS SEKIAN, KEPADA YANG TERHORMAT PARA PENGUNJUNG DIPERSILAHKAN UNTUK MENGISI BOTOLNYA DENGAN AIR, MENDIRIKAN TENDA APABILA HARI TELAH BERGANTI MALAM, DLL…TETAPI MOHON MAAF KEPADA PARA PENGUNJUNG UNTUK TIDAK MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN APALAGI SAMPAI MEMBUANGNYA KE DALAM ALIRAN SUNGAI. Perjalanan menuju Ramma’, ada beberapa pendakian yang mampu membuat jantung berdegup kencang..tetapi yang paling mampu membuat adrenalin terpacu adalah TALUNG. Tetapi berhubung kami dari atas, maka kami ber-6 bersepakat untuk menamainya dengan nama PENURUNAN. Dari puncak talung, kami bisa melihat Bawakaraeng, Danau, sungai sallenk yg di kemudian hari berubah pelafalannya menjadi sungai SLANK ;piss!!!, lembah ramma’ dan tentu saja rumahnya TATA’ MANDONG (seorang lelaki tua yang hidup seorang diri yang menggantungkan hidupnya dari beternak sapi dan membiakkan ikan di empang “MADE BY TATA’ MADONG”; betul-betul menggantungkan hidupnya dengan memanfaatkan kekayaan alam di sekitarnya.dan konon kabarnya digaji oleh departemen kehutanan Republik Indonesia sebesar Rp.150.000,- untuk menjaga daerah tersebut). lelaki tua itu bernama Mandong, dan menurut KAMUS BESAR BAHASA MAKASSAR (Kalo Ada?) panggilan Tata' merupakan panggilan akrab seorang anak kepada orang yang lebih tua dan dihormati (Merujuk Kepada Bapak-bapak. maka dengan asumsi seperti itu, melekatlah sebutan yang keren untuk lelaki tua tersebut yakni "TATA MANDONG" Gitu Loch... Puncak Talung, atau juga biasa disebut sebagai ‘Paccelengang’, yang kurang lebih artinya adalah tempat mengintip. Ngintip apa coba? Yaa, ngintip ramma’ tentu saja…tiba di talung berarti tidak lama lagi tim akan tiba di ramma’..kurang lebih 30 menit waktu yang dibutuhkan untuk bisa sampai ke Ramma’. Dan sangat terasa, kami pun tiba di ramma’ dengan selamat, walaupun nafas tersengal-sengal..dan tata’ mandong pun menyambut kami dengan ramah pula…sungguh ramah orang-orang di gunung? Kenapa di kota kita sulit menemukan hal seperti itu? Setidaknya ingin bersantai sejenak; Tomo, Fatah, Hisyam, Ahmad, Yude, dan saya sendiri ALuL yang cakep..cepat tersadar bahwa kami adalah tim pendahulu dari rombongan diklatsar angkatan kedua MAHESA yang ditugaskan berangkat lebih dahulu ke Ramma’ untuk menyiapkan lokasi dan menjemput rombongan diklatsar angkatan 2 MAHESA di Talung (artinya Naik lagi doonk)…wah, ngga mudah nich, artinya kami harus segera memulai untuk bekerja…bekerja dan berusaha demi suksesnya DIKLATSAR angkatan kedua MAHESA, demi jayanya MAHESA (BUKAN SPEK-SPEK; Amin)…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline