Jalan Indonesia menuju krisis ekonomi di 2019 semakin jelas dengan tanda tanda makroekonomi yang semakin memburuk memulai 2018, mari kita lihat apa yang menghadang di 2018;
Loan growth atau pertumbuhan pinjaman, merupakan leading indicator untuk menunjukkan arah tingkat konfiden dari pelaku bisnis dan konsumen dari sisi kredit
Mengawali 2016 di angka 9,80 diakhiri di 2017 7,47%. Rerata terendah 5 tahun terakhit.
Indikator berikutnya adalah M2 Money Supply, mengukur pertumbuhan uang yang beredar
Terakhir di 2016 dan 2017 di angka 10% rerata terendah sejak 5 tahun terakhir.
Setelah melihat leading indicator tersebut kita lihat lagging indikator makro, atau muara dari penggerak pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi, dimulai dari pertumbuhan penjualan rumah, disebut juga Housing Sales di AS.
Terakhir di 2016 dan 2017 all type housing tercatat tumbuh 4% kemudian jatuh ke 2,5% di kuartal 3 2017, juga terendah dalam 5 tahun terakhir.
Kemudian pertumbuhan penjualan mobil atau bahasa keren makronya, Auto Sales, merupakan lagging indikator daya beli masyarakat menengah atas
Tampak dari grafis rerata pertumbuhan penjualan mobil all type juga terus menunjukkan penurunan dari kisaran 20% lima tahun lalu hingga tercatat negatif 40% dan finish di 2017 hanya tumbuh sebesar 2,5% saja!.
Dan outlook 2017 terakhir lagging indikator makro adalah pertumbuhan Ritel, atau dikenal sebagai retail sales, merupakan indikator utama daya beli dan konsumsi masyarakat selain mobil dan rumah, mencakup keseluruhan consumer goods
Laporan Housing dan Retail merupakan survei BI yang selalu ter update bulanan, sedang housing per kuartal, terlihat angka pertumbuhan tren ritel juga tidak kalah mengenaskan, tumbuh di awal 2016 di angka 10% berakhir di 2,2%, masih ada lap Des yang kemungkinan besar akan menuju ke 3% juga merupakan yang terendah dalam 5 tahun terakhir.