Lihat ke Halaman Asli

Kredit Macet Komersial Semakin Mengancam Perbankan

Diperbarui: 27 Agustus 2017   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu indikator makro yang terus saya awasi adalah NPL perbankan, dalam tulisan sebelumnya  http://www.kompasiana.com/altitudeextreme/5992d1df2d7acb261c6f1233/data-lain-rontok-yang-ini-malah-meroket

saya membahas NPL secara sistematis hingga berkesimpulan bahwa gejala awal failure di perbankan semakin meningkat dan menunjukkan resiko sistemik yang meluas dan pada hari ini saya mendapat update dari Kontan,http://keuangan.kontan.co.id/news/jurus-bankir-atasi-npl-sektor-komersial

"Berdasarkan catatan KONTAN, dari lima bank besar yang masuk kategori BUKU IV (modal inti diatas Rp 30 triliun) hampir seluruhnya mencatat kenaikan NPL sektor komersial.

Bahkan angka NPL komersial BRI, CIMB Niaga dan Bank Mandiri mencapai 7,02%, 7,8% dan 10,7%. Padahal jika dilihat NPL industri perbankan pada periode sama Juni 2017 hanya 2,96% atau turun 9bps secara tahunan atau year on year (yoy)."

WOW!, that's unbelievable! sebagai catatan singkat NPL yang diperbolehkanhttp://financial.id/newsreader/728

Sebelumnya beberapa liputan membahas hanya di tingkat BPR saja dan kini merambah ke bank besar! dan inilah yang disebut sistemik yang sesungguhnya, jangan dalam bayangan persentase jika mengingat safety checkperbankan, yang terdapat dalam angka yang sesungguhnya mengandung doom loop dari sistem perekonomian yang bisa disebut sudah disconnected.

 Saya menjelaskan hal ini bahwa pengaruh ke indikator makro yang lain tentu nantinya akan menghasilkan dismiss yang tinggi pula, karena setiap rupiah yang di sistem kreditkan perbankan seperti mencetak uang dari sebuah cek kosong, dan ketika akan normalisasi hal itu dihadapkan kemungkinan yang akan lebih buruk yaitu kepailitan artinya dari likuiditas dua sisi telah telah terancam berkurangnya konsumsi karena kepailitan berujung pada PHK,dsb dan resiko sistemik perbankan sendiri karena tidak adanya likuiditas yang cukup, dan biasanya hal ini bisa tiba tiba terjadi, so technical glitch pada sistem ATM baru baru ini bisa memberi gambaran resiko sistemik yang ada dengan pengikatan ke sistem digital. Really folks, for me it's just a ticking time bomb.

Mungkin tiba bagi saya saatnya melakukan pre emptive dari resiko perbankan, say let's cash in folks!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline