Lihat ke Halaman Asli

Mau Cagub DKI Tanpa Pengalaman? Jangan Nekad Mas!

Diperbarui: 3 Agustus 2016   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilgub DKI semakin menarik di simak. Bukan hanya bagi warga DKI, tapi seluruh masyarakat Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke. Semua membahas Pilgub DKI. Satu aktor yang semakin membooming adalah Ahok, petahana saat ini. Semakin sering membahas Pilgub DKI, maka semakin di kenal nama Ahok di seluruh Indonesia.

Semakin banyak isu isu yang menimpa Ahok, semakin penasaran orang ingin mengetahui siapa Ahok. Pas ketemu di acara-acara formal dengan Ahok, eh..malah minta foto bareng sambil berbisik satu sama lain "Ganteng juga pak Ahok ya". Hmmmm..ini jangan dibiasakan, ganteng bukan alasan untuk memilih pemimpin. 

Memilih gubernur, apalagi gubernur DKI tidak boleh asal pilih. Tidak boleh asal buat parameter. Anda tahu kan betapa rumitnya persoalan Jakarta. Jakarta itu ibukota negara. Wajah Indonesia selalu di lihat dari kondisi Jakarta. Sekali salah pilih, gawat. Akan susah lagi memperbaikinya. 

Gubernur DKI harusnya yang super berpengalaman. Itu satu. Kedua, harus tegas, anti korupsi, anti nepotisme, anti kolusi (kenapa harus penjang-panjang ya, langsung aja anti KKN, hehehe, biar agak panjang dikit artikel ini). Ketiga, harus berwibawa dan energik. Itu saja

Masalah wajah, itu nomor 50. Masalah agama itu nomor paling belakang, tidak lagi begitu masalah. Malu kita kalau ibukota RI masih mempermasalahkan agama calon pemimpin.

Kalau di desa-desa, kayak kampungku iya, masih mempersoalkan ini. Harus Nasrani kepala desanya. Itu pasti dan tidak bisa di ganggu gugat., hehehehee....wong yang agama lain tidak ada, seratus persen nasrani. Coba ada agama selain nasrani di sana, pasti tidak harus nasrani. Siapa yang paling kompeten, yang punya kapasitas, itu yang di pilih.

Wajah hanya sebagai nilai tambah, bukan nilai utama. Ibarat beli gorengan 50 biji, kadang di tambahin 2 biji untuk bonus. Artinya tidak terlalu perlu lah ya. Yang penting sebenarnya jika pemilik wajah ganteng itu tegas, tidak memble-memble. Berwibawa, disegani karena aksinya, energik, tidak lemah gemulai. 

Ini untuk gubernur DKI lho. Persoalan Jakarta tidak segampang provinsi lain. Jokowi Ahok saja menata Jakarta harus dari dua provinsi. Dari Babel dan Jateng. Pengalaman dari dua-duanya dipadukan jadi satu untuk kebaikan Jakarta. 

Siapa suruh datang Jakarta. Itu lagu yang sering kita dengar. Lagu yang menyatakan kalau mau ke Jakarta harus punya modal pengalaman kerja. Jangan hanya datang tanpa keahlian. Begitu juga untuk calon gubernur DKI, kiranya harus punya keahlian lebih, karena persoalan Jakarta itu rumit. Mari pilih yang terbaik untuk membawa DKI semakin baik. Lima tahun tidak singkat, jadi pilih yang terbaik, jangan sampai salah pilih. Salam damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline