Peningkatan populasi manusia dan urbanisasi yang pesat menyebabkan peningkatan produksi limbah, terutama limbah organik. Data dari organisasi lingkungan menunjukkan bahwa lebih dari 50% limbah domestik berasal dari bahan organik, seperti sisa makanan, kulit buah, dan sayuran. Jika limbah organik ini tidak dikelola dengan baik, akan terjadi pembusukan yang menghasilkan gas rumah kaca seperti metana dan karbon dioksida, serta mencemari lingkungan melalui lindi dan bau tidak sedap. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia tetapi juga memperburuk krisis iklim global. Di sisi lain, limbah organik memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan kembali melalui berbagai metode pengolahan, salah satunya adalah proses fermentasi. Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah *ecoenzyme*, sebuah produk fermentasi multifungsi yang dapat dibuat dengan cara sederhana dan menggunakan bahan yang mudah didapatkan.
Ecoenzyme tidak hanya berperan dalam mengurangi limbah organik, tetapi juga memiliki manfaat tambahan seperti meningkatkan kualitas tanah, air, dan udara. Dengan berbagai kegunaannya, ecoenzyme menjadi solusi berbasis komunitas yang mendukung prinsip ekonomi sirkular, di mana limbah dipandang sebagai sumber daya yang berharga. Selain itu, ecoenzyme juga relevan dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama pada poin 12 (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab) dan poin 13 (penanganan perubahan iklim). Namun, di balik potensinya, penerapan ecoenzyme di masyarakat masih menghadapi tantangan, seperti kurangnya pengetahuan mengenai proses pembuatan dan aplikasi yang benar. Oleh karena itu, edukasi dan promosi tentang ecoenzyme sangat penting untuk memastikan adopsi luas dan manfaatnya bagi masyarakat serta lingkungan. Bahan yang diperlukan adalah: Limbah organik: sisa buah dan sayuran (contoh: kulit jeruk, kulit pisang, sayuran hijau), Gula (gula merah, gula pasir, atau molase), dan Air bersih. Untuk peralatan yang digunakan adalah: Wadah fermentasi (botol plastik dengan penutup), Timbangan digital (untuk mengukur bahan), pH/Potential Hydrogen meter (mengukur keasaman cairan), Spektrofotometer (untuk analisis kandungan kimia ecoenzyme), alat-alat pertanian (sekop, pot, dll.).
Untuk proses pembuatan ecoenzyme, pertama, Limbah organik, gula, dan air dicampur dengan perbandingan 1:3:10. Kedua Campuran dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan dibiarkan terfermentasi selama 3 bulan. Ketiga Campuran dikocok perlahan setiap hari selama bulan pertama untuk mencegah tekanan gas berlebih. Terakhir Setelah 3 bulan, cairan hasil fermentasi disaring untuk memperoleh ecoenzyme murni. Untuk pengujian Ecoenzyme, diperlukan untuk melakukan beberapa analisis terlebih dahulu sebelum pengujian di mulai. Pertama analisis pH di lakukan untuk mengukur tingkat keasaman ecoenzyme. Kedua Analysis kandungan kimia menggunakan Menggunakan spektrofotometer untuk mengidentifikasi senyawa utama, seperti asam organik dan enzim. Ketiga pengujian mikrobiologi untuk Mengidentifikasi mikroorganisme dominan selama proses fermentasi.
Proses fermentasi selama tiga bulan menghasilkan ecoenzyme dengan pH rendah dan kandungan asam organik yang tinggi. Aktivitas mikroorganisme selama fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa seperti asam organik dan enzim yang mendukung berbagai aplikasi ecoenzyme. Aroma asam manis yang khas menunjukkan fermentasi berhasil dilakukan dengan baik tanpa kontaminasi.
Ecoenzyme menunjukkan kemampuan untuk menurunkan nilai BOD dan COD secara signifikan, membuktikan potensinya sebagai agen pembersih limbah cair. Hal ini disebabkan oleh aktivitas enzim seperti protease, lipase, dan amilase dalam ecoenzyme yang membantu menguraikan bahan organik. Dengan aplikasi yang konsisten, ecoenzyme dapat digunakan sebagai alternatif ramah lingkungan untuk pengolahan limbah cair domestik. Ecoenzyme menawarkan peluang besar sebagai solusi pengelolaan limbah organik berbasis komunitas. Dengan edukasi dan dukungan kebijakan, ecoenzyme dapat menjadi alat penting dalam mendukung ekonomi sirkular dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Manfaat ecoenzyme dalam bidang pertanian dan lingkungan serta memberikan dasar untuk percobaan lebih lanjut guna memperluas aplikasi dan meningkatkan efisiensi proses produksinya.
Proses Produksi Ecoenzyme dapat diproduksi dengan menggunakan bahan sederhana seperti limbah organik, gula, dan air melalui proses fermentasi selama tiga bulan. Hasil fermentasi menghasilkan cairan dengan pH rendah, kandungan asam organik tinggi, serta enzim yang bermanfaat untuk berbagai aplikasi.
Pengaplikasian Ecoenzyme pada tanaman terbukti efektif sebagai pupuk organik cair, meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot basah secara signifikan dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan potensinya sebagai alternatif pupuk kimia yang ramah lingkungan.
Aplikasi ecoenzyme pada limbah cair domestik menunjukkan penurunan signifikan pada parameter BOD dan COD, membuktikan bahwa ecoenzyme mampu menguraikan bahan organik dan meningkatkan kualitas air limbah.
Potensi Ecoenzyme memiliki manfaat multifungsi, seperti mendukung kesuburan tanah, meningkatkan kualitas air, dan mengurangi emisi gas rumah kaca melalui pengelolaan limbah organik. Dengan demikian, ecoenzyme menjadi solusi yang mendukung prinsip ekonomi sirkular dan tujuan pembangunan berkelanjutan.