Lihat ke Halaman Asli

Alsy Amalia Jasmine Muin

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Keamanan Psikologis: Kunci Sukses Praktik Agile dalam Pengembangan Sistem Informasi

Diperbarui: 8 Oktober 2024   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tim agile (Sumber: Freepik.com)

Keamanan Psikologis: Kunci Sukses Praktik Agile dalam Pengembangan Sistem Informasi

Dalam beberapa tahun terakhir, peran keamanan psikologis dalam tim yang menggunakan metode agile semakin menarik perhatian para praktisi dan peneliti. Sebagai konsep yang berasal dari psikologi organisasi, keamanan psikologis memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kolaborasi, inovasi, dan kinerja tim yang lebih baik. Artikel ilmiah yang ditulis oleh Phil Hennel dan Christoph Rosenkranz, berjudul Investigating the "Socio" in Socio-Technical Development: The Case for Psychological Safety in Agile Information Systems Development, memberikan gambaran yang mendalam tentang bagaimana praktik agile dapat memengaruhi keamanan psikologis dalam pengembangan sistem informasi. Berdasarkan tiga studi kasus di dua perusahaan asuransi besar dan satu perusahaan pengembangan perangkat lunak, artikel ini menyoroti bagaimana keamanan psikologis dapat meningkatkan produktivitas tim melalui interaksi sosial yang sehat.

Penulis berpendapat bahwa praktik agile sosial, seperti pertemuan harian dan pemrograman pasangan, dapat menciptakan lingkungan di mana anggota tim merasa aman untuk berbicara secara terbuka tanpa takut akan dampak negatif. Model yang diusulkan oleh Hennel dan Rosenkranz menunjukkan bahwa keamanan psikologis adalah prasyarat bagi keberhasilan praktik agile, dengan dampak positif pada kinerja tim. Artikel ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendefinisikan hubungan antara aspek sosial dalam praktik agile dengan kinerja proyek. Pada tahun 2020, hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% dari tim agile yang memiliki tingkat keamanan psikologis tinggi mengalami peningkatan produktivitas dibandingkan tim dengan keamanan psikologis rendah. Dengan semakin populernya metode agile dalam berbagai industri, penting untuk memahami peran keamanan psikologis dalam mendukung keberhasilan proyek pengembangan sistem informasi. Hasil penelitian ini menawarkan wawasan penting bagi perusahaan yang ingin memaksimalkan efisiensi dan kolaborasi tim mereka.

***

Penelitian Hennel dan Rosenkranz menyoroti bagaimana keamanan psikologis menjadi landasan penting dalam meningkatkan kinerja tim dalam pengembangan sistem informasi berbasis agile. Metode agile, yang menekankan fleksibilitas dan iterasi, telah terbukti efektif dalam menanggapi perubahan dinamis dalam proyek teknologi informasi. Namun, tanpa adanya lingkungan yang aman secara psikologis, manfaat dari metode ini tidak dapat terwujud secara optimal. Penulis mengajukan model konseptual yang menghubungkan praktik agile sosial (SAP) seperti stand-up meeting harian dan kolaborasi pemrograman pasangan dengan peningkatan produktivitas tim melalui keamanan psikologis. Berdasarkan penelitian ini, sekitar 80% dari tim yang merasa aman secara psikologis lebih terbuka untuk memberikan umpan balik, berinovasi, dan berkomunikasi secara lebih efektif.

Dalam penelitian ini, dua perusahaan asuransi besar dan satu perusahaan pengembangan perangkat lunak menjadi objek studi. Di dua perusahaan asuransi, transformasi agile baru dimulai dalam satu tahun terakhir, sedangkan perusahaan perangkat lunak telah menerapkan metode ini selama delapan tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perusahaan yang lebih matang dalam penerapan agile, keamanan psikologis lebih tinggi, dan tim lebih kooperatif dalam menyelesaikan tugas. Sebaliknya, di perusahaan yang baru menerapkan agile, terdapat hambatan awal dalam membangun lingkungan yang mendukung interaksi terbuka, karena anggota tim merasa takut untuk berbicara secara jujur mengenai kendala mereka. Hal ini menunjukkan bahwa transformasi agile memerlukan waktu dan upaya manajemen perubahan untuk berhasil.

Lebih lanjut, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa keamanan psikologis memperkuat daya tahan tim terhadap perubahan dan gangguan. Tim yang memiliki rasa aman lebih mampu pulih dari kegagalan dan kesalahan, karena mereka lebih terbuka dalam membahas masalah tanpa khawatir akan hukuman atau sanksi. Misalnya, salah satu studi kasus mencatat bahwa ketika perusahaan perangkat lunak menghadapi perubahan persyaratan proyek, mereka berhasil beradaptasi dengan cepat berkat tingkat keamanan psikologis yang tinggi. Hal ini sejalan dengan data dari DevOps Research & Assessment pada tahun 2019 yang menunjukkan bahwa tim dengan keamanan psikologis tinggi cenderung 20% lebih mungkin untuk mencapai hasil proyek yang sesuai dengan target.

Penelitian ini memperkaya literatur tentang manajemen proyek dengan fokus pada aspek sosial dari pengembangan sistem informasi. Meskipun banyak penelitian sebelumnya yang membahas manfaat teknis dari metode agile, Hennel dan Rosenkranz menyoroti aspek manusia yang jarang dibahas, yaitu pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi dan inovasi. Keamanan psikologis bukan hanya prasyarat untuk keberhasilan metode agile, tetapi juga merupakan elemen penting untuk memastikan bahwa praktik-praktik agile dapat diadopsi secara efektif dan menghasilkan dampak positif pada kinerja tim dan organisasi.

***

Keamanan psikologis jelas merupakan faktor kunci dalam keberhasilan penerapan metode agile di tim pengembangan sistem informasi. Hennel dan Rosenkranz dengan tepat menyoroti bagaimana keamanan psikologis memfasilitasi komunikasi terbuka, memungkinkan tim untuk berkolaborasi dengan lebih baik, serta beradaptasi dengan perubahan yang sering terjadi dalam proyek agile. Studi ini tidak hanya memberikan wawasan tentang aspek teknis dari metode agile, tetapi juga mendalam tentang pentingnya aspek sosial yang mendukung keberhasilan proyek. Dengan keamanan psikologis yang tinggi, tim agile lebih mampu merespons tantangan, berinovasi, dan secara keseluruhan meningkatkan kinerja mereka.

Bagi perusahaan yang sedang bertransformasi menuju metode agile, penelitian ini memberikan panduan penting tentang bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kolaborasi terbuka dan produktivitas. Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa hingga 75-80% dari tim yang merasa aman secara psikologis dapat lebih produktif dan inovatif, yang pada akhirnya mengarah pada keberhasilan proyek. Oleh karena itu, manajer proyek harus mempertimbangkan keamanan psikologis sebagai bagian integral dari strategi mereka saat menerapkan metode agile di lingkungan kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline