Lihat ke Halaman Asli

Kontribusi bagi Negeri

Diperbarui: 1 Desember 2015   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebiasaan mencaci dan cari gara-gara masih banyak diminati. Padahal jelas bikin gundah dan gaduh. Apabila yang bersangkutan jujur dan terbuka, menemukan simpul sama. Ini dialami Kampreto Kelelawar. Pengalaman membawa perubahan. Seperti apa? Signifikan! Mulai mau mengerem ucapan dan kalimat yang penuh hawa panas itu. Berani melakukan perubahan total, ternyata didukung penuh Lawapaniki isteri kritis dan mumpuni. Apakah dari dulu diam saja? Tentu tidak. Dari dulu sudah konsisten melakukan komunikasi dengan pasangan. Ternyata semua ada waktunya. Ada saat yang tepat untuk berubah. Itu kelebihan pasangan ini. Masing-masing individu terbuka. Mau dibentuk dan dikasih informasi untuk berubah. Apakah mudah? Ternyata tidak! Berat melakukan perubahan.

Setelah menemukan kekuatan inti, tiap individu konsisten melakukan perubahan. Inilah kontribusi terbuka. Umum. Universal. Sesungguhnya itu gerakan hati yang tulus ikhlas tanpa pamrih. Jadi bisa ada perubahan drastis? Memang demikian!

Enerji kuat yang baik dan benar itu dikelola optimal. Tiap hari dilakukan pemeriksaan motif dan dorongan melakukan tindakan. Ketika menyimpang dan merepotkan, segera melakukan perubahan. Saat menuju kebaikan, dilanjutkan. Ini perkara mudah sesungguhnya. Sebab sudah dilakukan tiap individu. Dasar melakukannya dengan setia dan jujur pada diri. Ketika diri beres, ke mana saja bisa!

Yang dipilih alam semesta. Konkretnya untuk negeri. Lebih spesifik bagaimana tiap hari punya kesempatan berbuat baik. Perubahan pasti tertuju pada hal baik. Bermanfaat buat makin banyak individu jadi sasaran pasti. Waktu yang dimiliki dijadikan kesempatan untuk memberi kontribusi positif nyata. Semangat melakukan kebaikan didorong dari dalam. Konsisten melakukan perbaikan. Ada yang mengamati dan tak ada, tetap saja berbuat. Terus dan selalu. Ketika sendiri juga melakukan, lama kelamaan publik sadar. Ada kesungguhan berbuat kebaikan dari dalam. Ini benar dilakukan karena berkebalikan dengan kebiasaan lalu. Kini lebih jelas, motif di dalam baik. Konsisten itu istimewa jika terbukti dan senantiasa. Komunitas Kita memberi tanda nyata.

Saatnya mendengarkan suara hati…

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline