Lihat ke Halaman Asli

Puasa Omong

Diperbarui: 1 November 2015   09:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bicara dan omong itu bagi beberapa individu sangat menyenangkan. Saking sukanya, lupa bahwa yang jauh lebih penting adalan tindakan nyata. Jika dibiarkan, menumpuk jadi pemalas yang tukang omong! Ini sangat menyebalkan. Sadar bahaya penyimpangan dalam kehidupan macam itu, Komunitas Ini tekun membantu satu sama lain. Bagaimana bentuknya? Di tiap keluarga diberlakukan ‘puasa omong’. Konkretnya ada jam tertentu yang tetap senyum dan menampakkan keramahan, tetapi tanpa bicara. Sedari kanak-kanak dibiasakan. Terlebih di pagi hari, saat bangun tidur dan mengawali aktivitas. Kegiatan pagi banyak kesibukan dalam diam dan tenang. Kalau ada suara, itu musik tenang dan membikin konsentrasi mengawali kehidupan baru. “Kadang berat sekali! Jujur saja kami masih susah menjalankan itu.

Tolonglah agar dapat lebih mudah menjalaninya.” Juniors mengakui sulit ini dijalankan.
Dengan tenang Penyulita Kura-kura didampingi Bulusajo suami setia memberikan sharing pengalaman. Memang proses ini butuh kerjasama dari setiap individu dalam keluarga. Saling mengerti dan mendukung adalah dasar yang dibutuhkan. Kemauan untuk membuka diri dan ikut dalam proses menjadi kunci penting. Wajarlah Juniors dan kanak-kanak butuh dibantu. Seniors sendiri perlu lebih konsisten mengusahakan ini dapat berjalan. Kata kuncinya praktek dan coba lagi! Berani dan mau coba dijalani secara benar dalam tiap keluarga. Orangtua bertanggungjawab jadi model. Ini dibutuhkan komitmen agar ada keteladanan.

Benarlah setiap yang di depan: pemimpin dan orangtua layak diteladani. Usaha baik berdisiplin tinggi perlu dilakukan tiap individu dalam keluarga. Jika lelah, istirahat. Kemudian lanjut lagi. Komunikasi efektif dan terbuka perlu dibiasakan. Ketika tiap individu dapat mengatur omongan dalam bicara, tindakan jauh lebih berkualitas. Kesalahan diminimalkan. Kinerja jadi lebih meningkat karena produktivitas naik. Waktu lebih banyak digunakan mengembangkan kreativitas kerja. Ini mengalir dari rasa kesatuan dan cinta satu sama lain meningkatkan karakter dan kinerja. Komunitas Ini berhasil membangun mulai dari keluarga. Ternyata bisa! Mau dan berani mencoba?!
Saatnya mendengarkan suara hati…

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline