Lihat ke Halaman Asli

Masih Perlu: Tumpah Darah Indonesia?

Diperbarui: 20 Oktober 2015   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menguatkan identitas terjadi saat mempertajam patriotisme. Tanah Air itu tumpah darah dan tempat tumbuh kembang individu yang memilih NKRI. Itu harga mutlak yang dipertahankan penuh tanggungjawab. Kalimat-kalimat ini dibaca Sarpento Ular dalam bulletin Komunitas Ini. Semangat belajar mewarnai setiap individu mulai dari kanak-kanak. Ada gerakan dari dalam diri mengajak individu mau bertanggungjawab pada hidupnya. Kesadaran ini muncul karena ada keyakinan kita yang lemah ini dikuatkan dimensi Ilahi. Hasilnya adalah hidup benar dan menjunjung tinggi harkat dan martabat sesama. “Kami masih melihat antara yang tertulis dan kenyataan, beda! Bagaimana sikap yang benar di hadapan fakta seperti itu?” Juniors mengaku gamang bersikap di dunia nyata sekarang ini.

Selama fokus dititikberatkan pada realita ‘sini dan kini’; yang muncul adalah fakta. Kemauan belajar dari masa lalu, membuat lebih arif. Informasi dan data dari luar perlu dipelajari. Biarkan itu sebagai bahan tambahan refleksi. Kita perlu belajar dari mana saja. Sikap antisipatif lebih tepat daripada reaktif. Ada banyak hal bisa dipersiapkan dengan baik selagi keadaan baik-baik. Sikap tenang dan memiliki tujuan jelas ke depan adalah modal untuk bersikap tepat. Saat melihat perbedaan tulisan dan realita, tetap ambil pelajaran agar bisa mengatur dengan penuh tanggungjawab. Bagaimana memelihara? Setiap individu punya tanggungjawab. Awali dengan baik dalam keluarga.

Perkokoh relasi internal dengan saling berkomunikasi efektif. Kasih dukungan jika sudah bagus biar meningkat. Kasih pertolongan jika salah biar segera berubah jadi benar. Hal-hal sederhana ini konsisten dilakukan keluarga Sneklin dan Sarpento. Anak-anak sudah dewasa dan memilih hidup bersama keluarga. Tetap terjalin komunikasi intens. Apalagi Komunitas ini punya forum diskusi ajang komunikasi lintas generasi. Toleransi dan ‘open mind’ membuat setiap individu sadar membangun patriotisme kokoh. Sedari kanak-kanak muncul dorongan menyintai sesama dan negeri sepenuh hati. Satu lagi dari Komunitas Ini. Setiap individu sadar menyintai tumpah darah dan sesama adalah rekan seperjalanan selama masih di dunia. Di sini bisa! Di situ?

Saatnya mendengarkan suara hati…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline