Lihat ke Halaman Asli

Jadi Komentator atau Aktor?

Diperbarui: 11 Oktober 2015   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup dengan perjuangan sudah dialami sejak pertemuan sel telur dan sperma dalam rahim bunda. Fakta biologis ini menggambarkan bahwa ‘bertindak’ itu kunci keberhasilan. Meski demikian, butuh dorongan dari dalam untuk setia pada proses: mau selalu jadi aktor daripada komentator. Sebab apa? Komentator terkesan lebih mudah: cuma bicara dan apa saja boleh! Tunggu dulu, Bro! Belum tentu juga lho… Itulah obrolan keluarga Krebsol Kepiting bersama Yuyuteniki mamanya kembar Beyesiulala dan Pithinggero. Mereka rajin ngobrol dan membahas topik ringan dan menarik di seputar kehidupan sehari-hari. Ada kesan berbicara dan berteori itu lebih meyakinkan. Padahal giliran sampai pada praktek butuh keberanian eksekusi ‘on the spot’. Sikap jelas dan tegas ini disampaikan Krebsol dalam obrolan di rumah. Di samping itu, sebagai orangtua mereka konsisten melakoni yang biasa dikatakan dan diajarkan kepada anak-anak. Jadi klop antara penjelasan dan prakteknya!

Ternyata kebiasaan yang sederhana dilakukan tiap hari itu berdampak besar dalam kehidupan internal dan eksternal. Kenapa? Komunitas Ini mengamati bahwa ada trend menarik. Individu yang keluar dari keluarga harmonis menghasilkan kualitas individu dan keluarga yang bertanggungjawab dan bisa dipercaya! Ini menjadi bahan pembelajaran dengan mengundang kuartet Bufalembo, Bufabonitu, serta kembar: Beyesiulala – Pithinggero.
Sederhana saja jika disimpulkan apa yang dikatakan. Terbukti jadi aktor jauh lebih berdampak positif daripada komentator. Jadi aktor sudah mengalami proses belajar lebih lama. Menguasai materi dan mampu mengeksekusi sesuai SOP dan punya tujuan akhir jelas serta terukur. Bagaimana dengan komentator? Boleh saja, tetapi proporsional. Awali dulu sebagai aktor. Menyiapkan dengan baik dan lengkap lalu menindaklanjuti dengan praktek kerja nyata. Dari situ diperoleh hasil dari praktek yang didasari teori kuat. Aplikasi ini bermanfaat sebagai panduan bagi yang mau belajar. Jadi komentator tetap perlu, asalkan sudah pernah melakukan dan setia pada proses. Aktor pun punya tanggungjawab besar selalu rajin belajar dan meng- ‘update’ serta ‘upgrade’ ilmu yang jadi landasan praktek itu. Satu lagi kelebihan Komunitas Ini. Membuka kesempatan banyak individu berperanserta nyata. Di sini bisa! Di situ?

Saatnya mendengarkan suara hati…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline