Lihat ke Halaman Asli

Devi Yustika Nurbayan

Ordinary people

Puisi | Tentunya Aku

Diperbarui: 29 Desember 2018   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bersandar ditembok biru

Pulihkan aroma tubuh semakin kiat tuk bekerja
Sendok yang kudentingkan pada cangkir, nyaris tak berbunyi
Karena plastik tak khas-kan suara bagai kaca.

"Ketoprak-ketoprak" dengungkan bumi pukul tiga sore
Sandal kayu khas mbah tinggalkan jejak pada lamunan sunyi
Seolah telah konfromi keroncong perut dengan suara mbah.

Menjadi geli teringat sang surya,
Memergoki uang melayang tiap pukul tiga sore.
***
Tentunya aku
Tentunya aku
Terpongah ketika disuruh diam
Ahli sembunyikan rentanan hati
Ketika kalender tunjukan akhir bulan
Pada pukul tiga sore

Ketoprak bersamaku
Membuat pongah atas rentanan hati
Mengenang inisal N berkunjung damai gigilkan sanubari
Kriuk toge memanggil air mata basahi pipi
Rupanya bersandar di tembok biru tak kiatkan diri bekerja

Lain, menyalahkan toge upayakan syaraf memori bekerja

Tentunya aku
Kecap rasa saja lebamkan mata
Menghentikannya pun tak kuasa

Tentunya aku
Silemah hati dalam memori.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline