"Mikul duwur mendem jero"
Seperti
yang pernah di katakan seorang yang pernah berkuasa di negeri ini sekitar tiga puluhan tahun yang lalu.Ujung februari ini aku masih terngiang filsafah jawa ini yang harus aku lanjutan "nglurug tanpa bala menang tanpa ngasorake".
Sungguh sebuah ungkapan yang masih relevan, ketika semua telah berubah suasana seakan mengikuti zamannya.
Rumah sunyi di Cendana yang sohor dengan keluarga Cendana itu mulai sepi dan ditinggalkan, keseganan, ketakutan dan kepatuhan terhempas malu-malu seiring hampir tigapuluhan tahun perubahan itu menjadi nyata.
Ibarat Pandawa kalah dadu dalam pewayangan jelang Baratayuda melawan Kurawa inilah kenyataan saat ini.
Alas ndadaka tempat pembuangan dan penyamaran terlalu riskan untuk sekedar perlihatkan wajahnya masa surut keluarga cendana yang hampir tigapuluh tahun ini tidak bisa dipungkiri adalah takdirNya.
"Aku tetep yakin atas siklus tigapuluhan tahun ini" guman istriku melihat betapa proyek-proyek trilyunan negeri ini masih juga di manajeri keluarga Cendans.
'Tidak bisa dik..semua berubah",kataku mantap
"Namun pendekatan mak Banteng itu.."gumanya lagi padaku
"Itu gimic, dodolan politik..kampaye gratis partai merah itu"