Semua
orang yang melihat Film Penumpasan pengkhianatan g30s pki sungguh menjadi pengalaman nyata. Film garapan Arifin C noor ini nampak realitis walau sudah menjadi film kuno yang dibuat dengan pita seluloid dengan gambarnya masih bagus(walau sudah di alihkan ke digital video ).
Semua adegan drama itu fiktif dan juga sebagai sebuah film dokudrama (karena terselip adegan realistis). Sungguh garapan sineas yang apik dan menjadikan epik bila kita tonton berulang-ulang.
Sebagai film propaganda Orde Baru (saat itu) ternyata Arifin C nor bisa berbangga. Sebab banyak tempat dan property film yang bisa jadi sekelas sutradara sekarang tidak bisa atau sama sekali tidak terpikirkan (ketika akan buat film dengan tema yang sama)untuk memyamai sang maestro.
Satu pertanyaan tentang "film kolosal " " ini mampukah sutradara sekarang bisa mendangi Arifin C nor ?
Bukan saya mengecilkan peran sutradara sekarang dan alat-alat canggih dalam pembuatan film dewasa ini. Lihatlah Arifin dengan segala kemudahannya bisa meminjam atau dipinjami alat militer saat itu (karena film ini pesanan pemerintah saat itu) dan simaklah property nyata yang dihadirkan dari Monumem nasional dan rumah-rumah (mirip istana bogor).
Bisa jadi menurut saya adalah menggunakan Istana Bogor sungguhan atau lihatlah markas Pangkostrad tempat Mayjen Soeharto berkoordinasi itu benar-benar markas asli atau tidak kita bisa terbius adanya.
Masalah property detil atau efek digital belumlah digunakan dalam film ini. Namun bila kita lihat para sutradara Republik ini bisa jadi sudah mumpuni bisa hadirkan 'kenyataan"sebuah petikan peristiwa sejarah negeri ini.
Terus terang belum bisa atau belum ada yang menyamai dalam pembuatan film epos dokudrama yang bisa bertahan puluhan tahun bisa dinikmati generasi ke generasi dari tahun 1980an hingga generasi 2000an ini.
Saya coba berpikir jernih isi film ini nyata sebuah propaganda yang nyata dan suatu bentuk penyadaran atas bahaya ideologi kiri (komunis)dan sungguh nyata dalam pembuatannya adalah ditambahkannya dokumentasi pernyataan Mayjem Soeharto dan film/video saat dimakamkannya para pahlawan revolusi serta pidato Jendral A.H Nasution yang fenomenal itu.
Inilah bentuk kecerdikaam Arifin C nor sebagai sutradara yang memdahulukan riset sebelum membuat film. Langkah ini diikuti sineas dam para sutradara kekinian waktu membuat film tentang biografi seorang tokoh bangsa terkenal sungguh pelajaran berharga bisa kita ambil
Langkah riset detail yang tidak/belum bisa di lakukan oleh sineas dan sutradara sekarang.