Sudah dua Nyawa suporter PSS melayang sia-sia setelah menjadi korban pengeroyokan yang di duga oleh suporter sepakbola PSIM jogja ( oknum) sungguh inilah realaita yang terjadi sekarang sejak bergulirnay kembali liga sepak bola di Jogja persaingan klub sepak bola sudah semakin intens karena sejak berkahirnya era Persiba dulu sekarang era PSS dan PSIM maju di liga 1 dan liga 2.
Namun ternyata tingkat kedewasaan suporter sekarang sudah tercoreng sehingga Gubernur Sri Sultan Hamengkubuwono pun semakin lancang mewacanakan perdamiaan anatr suporter yang ada di kota dan sleman ini( harian Jogja)
Sungguh memprihatinkan
Semua orang akan senang bila menonton langsung sepak bola langsung dan pulang membawa kegembiraan dan inilah yang mereka inginkan tetai menjadi sedih dan duka mendalam ketika pulang nonon bola malan menimbulkan kesedihan dan kedukaan yang menalam inilah yang tidak kita sadari sampai saat ini.
Sejak berkahirnya pandemi virus Corona bola adalah hiburan yang banyak di cari untuk melepas penat dan lepas daya dahaga penikmat bola namun fanatisme bola di Jogja akhirnaya menimbulkan korban harta dan juga jiwa adalah sebuah bentuk ektidak dewasaan untuk menikmati bola ada benarnya.
Pertama saya agak kaget dengan rusuh babarsari yang "karena lolosnya suporter persis di tengah kota Jogja kala itu" namun ada kabar yang sesakkan dada saya ketika ada korban pengeroyokan suporter PSS di kasus Babarsari ini oleh di duga oknum suporter PSIM dan inilah yang menjadi saya kwatir ketika mau nonton bola di stadion waktu pertandingan bola Liga 1 maupun liga 2 mending nonton di tv saja dan aman di rumah.
sungguh di sayangkan
Saya menduga pertama kali pengeroyokan suporter bola adalah ulah klitih dan geng liar yang pernah jumoyo di jogja ini namun ketika korban dan pelaku di tangkap kepolisian lebih kaget lagi saya geng supoter ini adalah anak SMP dan anak-anak SMA yang "terlaitih untuk mengeroyok suporter lawan mereka".
Terlatih ? benar adanya karena persiapan alat dan gaman yang ngegeirisi dari pentungan bola, besi dan senjata tajam nampaknya oknum-oknum geng suporter ini sudah bersiap untuk membunuh lawan mereka sungguh lebih mengerikan dari klitih yang menyasar acak dan sampai sekarang juga belum terkuak apa motif mereka, namun perang geng suporter ini sudah nampak motifnya yakni balas dendam dan itu nyata adanya!.
Apakah harus menonton bola pulang nyawa melayang?
Jawabnya tidak dan jangan tetapi fanatisme sempitlah yang membuat wacana tawur itu ada karena faktor hanya saling ejek dan juga saling jelekkan di medsos dan tentu saja di jalan menjadi kebrutalan itu ada.