Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Kas Bon

Diperbarui: 16 Juli 2022   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika semua harapan didepan matanya tidak jadi nyata, seakan dunia kemnali hitam yang ada di benaknya adalah wajah istri kesayangannya dirumah.

Semua daya sudah di curahkan namun rezeki hari ini hanya cukup untuk membeli bensin pulang.

"Pasrah"gumannya

Sementara di sampingnya perempuan cantik bukan muhrimnya yang serba terbuka dan memandang setiap lelaki siap di terkamnya.

"Sekali lagi mas kamu sudah bon banyak, sementara closing penjualanmu hanya berjalan ditempat"katanya pagi tadi.

Sempat buat manyun dan gondok karena benar aku tidak mau bon lagi karena nanti cuma sederet lembar kuintansi poyongan gaji yang penuh di dompetnya kelak.

Sungguh sekertaris pak bos ini selslu membuat para lelaki tekuk lutut dikerling matanya.

"Sabar rezeki banyak jalannya"katamu ketika aku mengeluh lewat jalur probadi kami.

"Benar malam ini hanya cukup unruk beli bensin dik"

"Lha, bagaimana itu urusanmu mas aku ingin kamu tahu yang aku butuhkam"jawabmu klise.

Serius itulah yang jadi pikiranku malsm minggu ini closing sedikit harus disyikuri dan yang paling berat lihatmu tersenyum apa adanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline