Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Wanita Penjual Burung

Diperbarui: 22 Agustus 2021   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.prialsayyidja


Sayyid jumianto

Warung itu tidak pernah sepi, pagi, siang sampai malam. Canda ria, kopi, rokok dan goreng pisang jadi saksi bisu. Warung memang sengaja buka hampir dua puluh empat jam ada di mbulak desa kami.

 Tepatnya perempatan ladang sawah yang ada sebelum masuk desa kami. Sego kucing, ada dua pilihan sego kucing isi teri dan tempe pedes juga ada sate endog  gemak, usus, serta sate tempe gembus.

 Minumannya ala kafe ada berbagai minuman yang mau dipilih kecuali miras tentunya.

Air putih gratis, yang cocok waktu malam kopi kental dengan guka jawanya, semua bisa tersenyum lepas diwarung ini.

Walau ppkm tetap laris karena layani take away, bayar bawa pulang, dan juga layani order makan minum lewar grup WA.

 Semua untuk ngawekani karena warung ini pernah di gerudug oleh yang berwenang harus patuhi prokes mas di depan itu ada baliho besar yang dipasang dengan foto pemilik warung. 

"Monggo mampir, lapar ayo!" Tulis diposternya sambil ada foto menu favorit di warung tersebut.

Siangnya lebih ramai karena warung tersebut juga jadi jujugan untuk sekedar jampi sayah para penjual unggas dan burung. 

Sehingga banyak orang yang selalu mampir lihat burung koleksi yang dia miliki juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline