Sastra covid memenuhi laman media di Jogja
Sayyid jumianto
Waktu ternyata membenarkan sastra realis sedang terguncang. Bukan karena ada genre baru dijogja, tetapi sastra covid menjadi nyata.
Menafikkan berita besar lainnya yang sungguh nyata di depan mata kita. Hari ini di kampung saya seminggu ini ada dua orang yang meninggal karena pandemi covid ini.
Bukan ilusi lagi sastra cinta berubah jadi sastra kesakitan, kematian dan kesedihan yang sungguh membuat hati ini tidak percaya, saudara, keluarga, anak, istri, suami bisa jadi terlalu cepat meninggalkan kita untuk selamamya karena pandemi ini.
Berita sendu seakan pengharapan sedemikian mudahnya sirna karena keadaan yang terjadi ini memaksa kita harus kehilangan hati nurani secepat ini.
Apakah realita ini harus kita hindarkan atau kita tutup mata atas semua ini. Semua berharap pada sebuah kebaikan, kebahagiaan dan ujungnya kesehatan.
Sastra covid sedang membelenggu realita berkata lain bukan tentang vaksin yang gratis, atau obat yang murah, yang adalah meningkatkan kedadaran di mulai dari diri sendiri adalah sebuah perjuangan yang harus kita jalankan saat ini .
Menumbuhkan kesadaran diri inilah yang tampaknya masih sulit dimulai ketika wabah sudah menjadi musibah yang ada hanya penyesalan yang tiada akhir PPKM darurat belumlah berakhir tetapi semua sekali bukan masalah data statistik berapa yang sakit, sembuh dan meninggal dunia karena pandemi covid 19 ini.
Motivasi hidup
Bagaimanapun media di Jogja sedang mendukung Program PPKM darurat Jawa Bali ini, sungguh sebuah realita yang harus kita sikapi inilah realita yang ada di Jateng dan Jogja untuk motivasi kita harus lebih sehat kedepannya hadapi pandemi ini dengan patuhi protokol kesehatan dan gugah kesadaran bervaksin