Sastra koran daerah di Jogja riwayatmu kini
Sayyid jumianto
Kadang teknologi bisa memudahkan kita untuk segala hal dalam hidup ini semua tidak semudah tahun 1990an.
Tahun 2000an ini tahun milinea saat ini sungguh pertanda " lonceng ttakdir itu mendekat" .
Seyampang yang saya lihat rubrik sastra di koran daerah mulai mengecil dan terdesak di halaman yang tidak orang mau melihatnya atau kadang hanya suplemen di koran-koran daerah yang bukan network misal tribun jogja koran yang menginduk koran nasional.
Alasan bukan karena penulisnya yang tidak ada tetapi menyusutnya halaman kertas koran juga menyusut pula halaman sastranya.
Bukan salah zaman ketika sekolah menengah atas dulu saya sekolah tahun 1990an di Gowongan kidul sebelah barat koran Kedaulatan rakyat, dulu saya sok-sokan kirim puisi atau cerpen sampai sekarang tidak pernah muncul atau di terbitkan dihalaman sastranya.
Karena bamyaknya cerpenis dan penyairis yang antri untuk di tayangkan itu alasan dulu waktu kertas koran murah dan koran juga murah sehingga sehari saya bisa beli koran satu dua ekslempar untuk sekedar ingin tahu siapa yang tayang cerpen atau puisi hari minggu ini.
Koran minggu pagi, koran Bernas (sudah pindah online,), dan koran Harian Jogja masih sedikit idealisme untuk sekedar tayang rubrik sastra ini.
Realita sekarang
Semakin banyak blog pribadi, blog keroyokan(yang janjikan uang dan hadiah event) seperti kompasiana, kumparan, wattpad, atau storial co tampaknya semakin "memgubur"sastra daerah khususnya di Jogja walau kadang ada event dari dinas kebudayaan propinsi dan kabupaten dan di antologikan bersama, tetapi alasan kemajuan teknologi dan virus corona buat semakin terpuruknya tampil di koran daerah.