Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Mengenang Jogja Kembali 29 Juni 1949 (01): Penyemangat untuk Jogja Kembali Sehat

Diperbarui: 28 Juni 2021   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.properti yogya yes

Mengenang  peristiwa Jogja kembali 29 Juni 1949 (01)  : penyemangat untuk jogja kembali sehat

Sayyid jumianto

Tulisan saya yang pertama untuk dua tulisan tentang Jogja kembali.

Hari-hari terakhir ini Jogja masih di daerah "merah " karena virus corona masih merebak terurama di kota jogja, sebagaian besar  Sleman dan sebagaian di Bantul serta di Gunung kidul. 

Kita tidak boleh lengah, ingat juni ini kita tidak boleh kalah dengan virus ini karena juni inilah penentu nasib NKRI kala itu. Peristiwa Jogja kembali 29 Juni 1949 adalah satu rentetan dari garis besar perjuangan melawan pendudukan Belanda (clash ke 2) di tandai dengan peristiwa  serangan umum 1 maret 1949 yang diprakarsai oleh Sri sultan Hamengkubuwono  IX dan di komandoi oleh panglima Besar Jendral Soedirnan yang dijalankan operasionalnya oleh Letkol Soeharto. 

Peristiwa ini bisa membuka mata dunia bahwa republik Indonesia masih ada (walau saat itu tinggal Daerah Yogyakarta sebagai ibukota NKRI sudah diduduki oleh Belanda).

 Peristiwa rentetan sejarah berikutnya diadakan perundingan  Roem -Roeyen antara Republlik Indonesia dan Belanda yang isinya salah satunya Belanda harus angkat kaki dari republik Indonsia dan baru selesai meninggalkan Yogyakarta tanggal 29 Juni 1949 tanggal inilah yang sekarang diperingati sebagai hari Jogja kembali maka untuk itu dibuatlah monumen Jogja kembali di desa Nandan, Sleman yang juga merupakan jalur imajiner gunung merapi tugu kraton panggung krapyak dan pantai selatan.

 Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan upacara tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Gagasan untuk mendirikan monumen dilontarkan oleh kolonel Soegiarto, selaku walikotamadya Yogyakarta tahun 1983.

Belajar dari peristiwa jogja kembali ini sebagai pengalaman sejarah buat kita dan juga pelajaran untuk kita karena keberanian, kegigihan dan ketabahan untuk menghadapi peristiwa dan bisa menyelesaikannyadengan bijaksana.

Momentum jogja kembali sangat krusial diera kini dulu seremonial yang di jalankan kita kini harus kembali pada hakekat sesungguhnya makna jogja kembali ketika virus korona ini semakin mengganas dan di Jogja ini semakin hari akhir-akhir ini semakin meningkat dan menjadikan Jogja sebagai daerah merah  karena meningkatnya gelombang pandemi virus korona ini.

 Mari tumbuhkan semangat perjuangan ini untuk kembalikan kesehatan jogja bersama dengan mematuhi protokol kesehatan dan ikuti aturan yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline