Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Padusan

Diperbarui: 11 April 2021   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pri

Padusan

:Sayyid Jumianto

PadusanSayyid jumianto

Pandemi virus korona ini ternyata juga berimbas pada adat padusan (jawa) yakni mandi atau bersuci secara bersama-sama di belik (mata air), sumur, danau atau kolam renang.

Keceriaan anak-anak sekarang tinggal kenangan hampir setahun ini kolam-kolam sepi, tempat renang dan pertiraan senyap karena masih adanya larangan berkumpul di kolam-kolam pemandian ini.

Jelang bulan ramadan 1442 ini seakan kembali kita diingatkan akan bagaimana kita harus bersikap atas pandemi ini

Apakah harus ketika keceriaan mereka terenggut tahun ini dengan alasan sama pandemi corona yang belum berakhir alasan yang membuat pemerintah masih melarang mudik dan juga buka puasa bersama serta pembatasan aktivitas lainnya di masjid-masjid supaya tidak ada klaster baru lewat masjid.

Imbas larangan ini tentu berdampak di pemilik usaha kolam renang, juga pemandian lainnya adalah nyata adanya.

Padusan

Kekinian padusan hanya sebagai nguri-uri adat berbersih diri, rumah dan tempat ibadah(masjid) tetapi dulu sebelum pandemi bukan saja motif leluri budaya dan adar tetapi juga motif ekonomi. 

Sayang pandemi corona ini seakan membuyarkan semua ini dan padusan hanya eklusif di kamar mandi kita dan kolam renang pribadi tanpa ada teriakan anak-anak lagi di kolam renang, embung, sungai dan belik(mata air) itulah bedanya era pandemi ini dengan sebelum adanya corona seperti sekarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline