Akar teroris sebenarnya:ekonomi, dan ideologi
:Alsayyid jumianto
Seorang perempuan berinisial ZA ditembak mati di Mabes polri terduga teroris ini menyerang kepolisian sendirian "lone wolf" dan dimedia sosialnya terafiliasi dengan ISIS (sumber konferensi pers Kapolri Kompastv)
Jauh sebelumnya peledakan bom di sebuah gereja di Sulawesi teror yang mengguncamg ketenteraman bumi pertiwi.
Mengapa diera pandemi ini mereka bergerak?
Mengapa sasaran ideologi teroris ini anak-anak muda?
Apakah peran media sosial dalam aksi-aksi ini?
Motif apa yang latar belakangi semua ini?
Empat pertanyaan yang ujungnya pada alasan brain wash, simpati, perjuangan dan anak-anak muda yang "mudah di arahkan" dan faktor medialah yang serba salah atas semua ini.
Sungguh setelah rezim presiden Soeharto ternyata teroris semakin menjadi-jadi dan itu bisa kita lihat dampak ikutan sampai presiden ke tujuh ini aksi-aksi teror dengan momentum dan mereka beraksi.
Ekonomi dan ideologi
Akar masalah teror di negeri ini sebenarnya ideologi dan ekonomi sebenarnya klasik karena ingin mengubah ideologi negeri ini dan memaksakan ideologi mereka dengan "doktrin" dari luar negeri dan dalam negeri kala itu memanfaatkan kelemahan setelah jatuhnya Soeharto dan sampai sekarang gerakan bawah tanah ini semakin menjadi karena dana dari luar negeri dan keinginan untuk jihad yang menggebu dan pentolan teror yang mampu gerakan teror ini sekarang menyasar anak-anak muda kekininan dan lebih bahayanya karena saat pandemi ini telah dimanfaatkan dengan jitu sang "penggembara ide-ide gila " kepada anak-ansk muda untuk berjihad dengan janji-janji surga yang masuk akal itulah mengapa generrasi 1990an sekarang dengan mudahnya ikut gerakan radikal ini.
Mengapa mereka merekrut anak-anak muda karena mudahnya anak muda digembleng dan mudahnya disusupi paham radikal lewat media sosial dan inilah kehebatan para pebtolan teroris akhir-akhir ini.
Bila di runut faktor ekonomi dan ideologilah yang membuat mereka mudah dipengaruhi ideologi teroris dan membuat mereka nekat dengan janji surga yang tentunya tidak mereka capai setelah tewas konyol !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H