Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Peta Politik Islam yang Terbelah, Belajar dari Yenny Wahid

Diperbarui: 28 September 2018   08:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(megapolitan.kompas.com)

Yenny Wahid mendukung salah satu capres untuk maju dalam Pilpres 2019 menjadi headline berita cetak dan elektronik akhir-akhir ini. Keputusan yang bersifat oportunis menurut saya, tetapi Yenny menunjukkan sebuah sikap yang cukup baik. Apalagi jaringan yang dimilikinya adalah penuh dan murni untuk membela Islam.

Saya tidak mentah untuk menulis, karena keputusan Yenny mendukung salah satu capres di negeri ini untuk maju dalam Pilpres itulah " tuntutan hati" dalam dirinya sebagai salah satu putri presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur.

Bukan saya salah satu pendukung capres tetapi sungguh sangat disayangkan karena jaringan yang di buatnya demi nama baik ayahhandanya yang dulu adalah jaringan independent dan tidak dukung mendukung caleg apapun sekarang berbelok arah "melenceng" sedikit dengan salah satu alasannya "mendukung capres yang dekat dengan rakyat" bagi saya itu terserah anda !

Tak sangka dan mengejutkan itulah kenyataan sekarang karena dua kontestan capres telah membuat mayoritas islam terbelah dalam mendukungnya ini dapat terlihat dari apa yang dinamakan Islam tradisional yang mendukung inchumbent(petahana) dan islam modern yang mendukung change ( sang penantang) adlah nyata buktinya.

Lihat saja di sang petahana ada dua partai islam yang bercirikan tradisional dan di kubu penantang ada partai Islam yang modern adalah nyata demi apa mereka demi kursi dan kehidupan politik yang"mapan" adalah nyata, semua demi rakyat(semoga bukan basa-basi politik saja).

Sungguh keterlibatan kita orang Islam dan orang partai Islam sejak reformasi adalah nyata tetapi sungguh sayang sepertinya kitalah(orang dan partai Islam) yang di manfaatkan sebagaian partai yang mengatasnamakan Islam dan juga partai nasional juga memanfaatkan begitu banyaknya orang Islam di negeri ini.

Pertanyaan yang saya kemukakan adalah :

Mengapa orang islam di perebutkan dalam pileg, pilgub, pilwalkot, pilbub serta capres dan dpd ?

Mengapa partai islam tidak mau mendukung capresnya dari golongannya?

Bagaimana setelah orang-orang nasionalis didukung manfaat bagi orang islam apa?

Tiga pertanyaan itu sudah sedikit saya temukan jawabanya karena partai-partai islam baik  tradisonal maupun modern basiknya tidak mempunyai jumlah suara yang bagus( tidak melampaui ambang batas) adalah nyata

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline