Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Kembalinya Politik Dinasti

Diperbarui: 16 Juni 2018   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kembalinya politik keluarga

Alsayyid jumianto

Pulang kandangnya mba Titiek dari Golkar ke partai Berkarya nampaknya inilah bukti bahwa politik itu tidak abadi tetapi kepentinganlah yang abadi, tetapi sadarkah kita bahwa 20 tahun reformasi ini nampaknya kita menggulung waktu, banyak yang menikmati sampai korupsi dan banyak pula yang tidak sadar kita kembali ke mesin waktu tahun 1960 an agaknya kita lupa!

Ternina bobokan dan inilah kefatalan orde reformasi yang  namapaknya membuka kemabali politik dinasti untuk berkuasa saja, disini bukan keluarga cendana saja tampaknya tahun 2019 politik dinasti ini akan menggulung mentah-mentah apa yang dinamakan politik demokrasi reformasi yang antah berantah itu  karena adalah sebuah kenyataan bila sebauah partai yang di mulaikan adlah anggota"keluarga" sang pemilik saham itulah kenyataan sekarang.

Apakah kamu tidak tahu kenapa jargon demokratisasi itu lemah?

Apakah kita tidak tahu politik dinasti patriarti keluarga munsul lagi?

Apakah mengerti  kenapa para tokoh reformis sekarang menarik keluarganya ke kancah politi?

kita tidak membahas keluarga cendana sich tetapi global saja ternyata kita sekarang di cengkeram dengan ulah para" konglomerat politik" dimana pada satu atau dua keluarga politikus senor yang menurt saya adalah keturunan para pemimpin dahaulu dan yangbaru demokrasi dibolka-balik setelah turunya Soeharto sekarang ampak jelas bahwa pemegang demokrasi inilah sekarang yang dulu terpuruk 32 tahun sekarang memimpin negeri ini.

kenyataan berkata lain yang dulu mengelorakan KKN dan anti-anti yang lain sekarang  mengunduh buahnya sendiri bahwa politik di negeri ini bukan ala barat tetapi politik kekeluargaan adalah benar adanya bahkan sekelas tokoh seniorpun mempunyai salah satu anggota keluarganya untuk duduk menikmati hasil reformasi duduk sebagai anggota DPR atau mencalegkan ekmbali dan jadi kepala daerah sebagai calon adalah tidak bisa di tampik lagi" karena factor kedekatan." 

Inilah yang saya sayangkan karena ternyata 20 tahun reformasi ternyata menghasilakan kembali apa yang namakan politik berbasis keluarga tertentu dan inilah bukan keluarga cenda saja tetapi ternyata daari banyak tokoh sekaranganaknya pun atau kelauarga lainpun banyak yang dijadikan jago untuk meneruskan "dinasti politik mereka"

Saya tidak menampik bahwa banyak yang rindu "masa soeharto" berkuasa dan mereka sadar dan bisa membandingkan kenyataan yang mereka dapat sekarang dan dulu yang mereka peroleha dalah nyata tetapi apakah kita tidak boleh menggunakan politik dinasti  danpoliti kekeluargaan apabila kita merasakan  bahwa demokrsi di alam reformasi ini menjadi stagnan karena ulah oknum pejabat terntentu dan politisi yang menikung  dan membuat arti reformasi adalah mencari dan menangguk kue serta pendapatan melalui politik adalah kenyataan, lain lidah lain kenyataan !

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline