Dua puluh tahun tak terasa semua berjalan apa adanya semua berlalu sejak reaktor nuklir itu meledak hingga ribuan orang harus diungsikan meninggalkan kota tercinta semua ditinggalkan prung begitu saja demi nyawa manusia. Telepon itu masih terngiang ditelinga, ini bukan bencana alam ini bencana buatan manusia meledaknya reaktor nuklir!
"Remi ini bukan akhir kita" hiburku pada kekasihku saat itu .
"semua hilang tak berbekas" keluhnya dengan tangis tertahan.
Aku hanya seorang yang mempunyai keberuntungan saat bisa belajar dan studi gratis di negerimu.
"tapi mas pulang setelah kejadian ini?" rajukkku
"aku akan lapor dikedutaanku dulu dan semua harus sesuai.prosedur " jawabku
Dinas penerangan dan informasi akhirnya membuat pembatasan dan karantina buat yang terdampak bencana ini dan merawat yang luka dan meninggal.
"saudara tidak bisa menemui mereka baik-baik saja sampai.." jelas petugas keamanan mencegahku.
"sampai apa pak?" tanyaku pada mereka.
"sampai kadar radiasi mereka dekati nol" jawabnya
"aku mau temui kekasihku pak?" mintaku dengan iba.